Rabu, 08 Desember 2010

MATA ELANG 2

Cerita Sebelumnya: MATA ELANG 1

    Kini aku sudah lebih terfokus pada proyek mata elang. Bang Ali, Sugi atau Rinto tidak lagi menantang (kalau dapat kuanggap bonus). Sudah lima atau enam kali aku main ke bedeng untuk pendekatan. Mau tahu siapa sebenarnya The Rock itu? Namanya Alim, umurnya 32 belum beristri (tapi pasti pernah kawin!) tinggi di atas 175 cm berat 70 kg. Orangnya memang "alim", tidak berangasan tapi berkesan bangsawan. Dua orang muda seumurku yang aku pernah cerita adalah Nono dan Tri, keduanya juga masih bujang. Lalu ada Pak Su, aku kurang suka karena orangnya serius dan lumayan berumur (jadi agak cerewet!). Itu semua yang menginap di bedeng sebelah rumah.
   
    Malam minggu ini aku sudah janji main kartu dengan mereka lalu diteruskan acara nonton VCD. Untung di tempat mereka sudah ada TV meski hanya 14". Satu yang menguntungkan adalah Pak Su pulang kampung sampai hari Senin nanti. Sempurna, aku hanya berharap segala yang kuimpikan bisa terlaksana malam ini.
   
    Kami main kartu berempat sampai jam sembilan lewat. Malam minggu adalah hari bermain bebas bagiku, bahkan kalau aku tidak pulang pun orangtuaku tidak khawatir (aku ikut taekwondo, bulan depan ujian DAN). Meski aku anak bungsu namun bukan anak manja. Orang tua juga memberi kebebasan penuh asal sepengetahuan mereka. Aku ijin untuk mengerjakan tugas kuliah. Tetapi sebenarnya aku berniat menginap, hanya mereka tidak tahu kalau aku menginap tepat di sebelah rumah.
   
    "Udah lah... yuk kita nonton aja. Gua kalah mulu nih!" kataku beralasan. Suntuk juga dari tadi diketawain melulu. Aku bawa tiga atau empat filem tentu saja semua filem porno dari yang bisex sampai gay biar lebih menjurus. Filem pertama diputar adalah filem bisex. Aku bersandar ke dinding, Tri dan No tepat di depan TV, sedangkan Alim di belakang sendiri. Posisiku tepat untuk mengamati semua. Lama yang terdengar hanya lenguhan-lenguhan sedangkan semua mata memandang dan sesekali mencuri gerakan untuk meremas atau membetulkan kontol kalau kebetulan tidak ada yang mengamati. Tapi jangan salah, konsentrasiku bukan pada filem tapi justru pada penontonnya, tentu saja semua tertangkap melalui bulu ekor mata.
   
    Paling ramai No dan Tri yang saling mengolok karena mereka tegang. Mereka juga yang paling sering mengocok, tapi kalau kelihatan mereka berhenti (malu-malu kucing). Bang Alim berlagak tahan tapi melihat No dan Tri terangsang dia ikut ngocok juga. Akhirnya aku pindah ke sebelah Alim di belakang bersandar di lengannya. Lagi waktu itu dia pakai kaus ketat lengan pendek hmmm. Otot trisep-bisepnya berkembang sempurna sekali, pentilnya juga kelihatan di balik kaosnya, perutnya yang kotak juga kadang mengintip.
   
    Adegan film menceritakan atlet-atlet futbol amerika yang hanya pakai celdam di ruang ganti didekati seorang pemandu sorak. Di depan mereka semua si pemandu sorak bergaya striptis, lalu mulailah bermunculan kontol-kontol dari 4 orang. Ada yang mengocok sendiri ada juga yang lanngsung mendekat ke si pirang dan happ sekali lahap kontol yang masih lemas berubah jadi setengah tegang dan hap jadi tegang.
   
    Kulihat Alim memasukkan tangan kanannya tepat di bawah mataku dan mulai mengocoknya. Dengan beraninya tangan kirinya mengelus-elus pahaku lalu bagian depan kontolku yang sudah tegang dari tadi. Aku biarkan saja, seakan aku terlalu perhatian pada tontonan sehingga tidak tahu yang terjadi. Aku berharap dia tidak menghentikannya karena sungkan.
   
    Sudah semua kontol keempat pria bule itu keluar masuk bergantian ke mulut si pirang yang kini sudah telanjang habis. Sementara itu ada satu orang yang mulai mengelurkan masukkan jarinya di lubang memek si pirang. Yang lain ada yang meremas tetek ada yang asik dihisap sambil menjambak rambut.
   
    Kini No dan Tri sudah mengocok kontol masing-masing tanpa komentar lagi. Gilanya lagi si Tri malah sudah tidak malu-malu lagi mengeluarkan kontolnya dan mengocok seenaknya. Suasana ruangan semakin panas. Alim semakin berani, selain kontolnya yang sudah mengintip-ngintip dari balik celana saat dikocok, dia juga sudah memasukkan tangannya ke dalam celanaku. Aku sudah tidak bisa pura-pura cuek lagi. Saat kutatap wajahnya, ah ternyata tidak jelek-jelek amat, dia tersenyum akupun tersenyum tanda setuju.
   
    Tiga kontol bule itu sudah masuk ke tiga lubang milik si pirang: mulut, memek dan pantat. Tinggal yang satu orang terkadang dikocok terkadang tidak, rupanya perhatian si pirang terbagi di antara keharusan mengocok dan kenikmatan di tiga lubang yang dirasakannya.
   
    No dan Tri sudah membuka baju dan celana masing-masing. Ha! Mereka tidak tahan dan telanjang bulat sambil mengocok di depan kami. No dan Tri sebentar menengok pada kami lalu mereka saling bersandar dan bergantian mengocok. Tri mengocok kontol No dan No mengocok kontol Tri. Sementara itu tanganku sudah menggeggam kontol Alim, panjangnya sejengkal lebih, ah pasti lebih dari 22 cm dan besar juga. Aku mengocok punya Alim.
   
    "Coba ada cewek satu disini pasti kita seperti di film itu ya..." kata si No di tengah-tengah keasyikan itu. Aku dekati mereka dan kurangkul mereka berdua dari belakang. "Asal kalian tidak reseh aja. Minggu depan impian kalian pasti jadi kenyataan." Aku berjanji. "Nih No biar cepet keluar!" si Tri bercanda mempercepat kocokannya pada kontol si No. No meringis agak kesakitan. Kubuka bajuku dan kurangkul mereka berdua, kucium mereka satu persatu. Aku belum berani cium mulut, takut mereka kaget malahan lari. Kuraih kedua kontol sebayaku itu. Seukuran denganku lah! Lalu kukocok degan irama yang sama. Mata mereka berdua terpejam-pejam keenakan, badan mulai mereka sandarkan padaku. Setengah berlutut aku menahan berat tubuh-tubuh telanjang itu.
   
    Rupanya Alim sudah tidak sabar lagi, dari belakang dipelorotkannya celanaku lalu diemutnya kontolku seperti si cewek mengulum kontol bule itu. Sementara itu di filem mereka sudah berganti ganti posisi. Satu orang yang tidak kebagian sekarang mencoba memasukkan kontolnya ke pantat orang yang sedang diemut.
   
    Hebat juga Alim menyedot kontolku. Pelann namun pasti keluar dan masuknya, begitu mantap, aku serasa naik ke langit. Mungkin karena kurang konsentrasi terpengaruh sedotan Alim maka kocokanku sering terhenti. No dan Tri ingin tahu apa yang menyebabkan aku keenakan seperti itu. Melihat Alim sedang menyedot kontolku maka Si Tri bangun dan memelorotkan celana Alim dan mulai menyedotnya. No tidak ketinggalan menyedot kontol Tri. Aku kasihan sama No lalu kontolnya kusedot. Jadilah kini lingkaran saling menyedot kontol. Suara kecipak-kecipak terdengar di tengah lenguhan yang di VCD.
   
    Kami sudah tidak memperhatikan TV lagi karena asik menikmati sedotan-sedotan. Rupanya lama kelamaan bosan juga Alim pertama kali bangun dan dalam sekejap kontol Alim sudah lenyap di dalam pantat Tri. Ah! Rupanya mereka juga sudah biasa permainan seperti ini, kalau tidak mana mungkin kontol segede punya Alim begitu cepat masuk ke lobang pantat Tri tanpa Tri menjerit-jerit. Alim sudah mulai menggenjot tanpa ampun lagi.
   
    Mulanya No dan aku hanya melihat mereka sambil mengelus kontol masing-masing lalu kami sudah saling mengocok. Lalu kupeluk dan kucium mulut No tanpa mau tahu apa dia akan kaget atau tidak, ternyata dia membalas. Shit! Mereka sudah ahli juga ternyata. No kutidurkan dan aku coba memasukkan kontolku ke dubur No, tapi ternyata susah, rupanya yang ini masih perawan. No memberi petunjuk agar aku ngentot Alim saja. Kulakukan dan lebih mudah. Pantat yang setengah menungging itu dengan mudah kumasuki kontolku. Tanpa aku bergerak aku sudah keluar masuk sendiri karena Alim memang masih menggenjot Tri.
   
    No bangun mengecilkan volume TV dan kemudian memberikan kontolnya pada Alim untuk disedot. Jadi sekarang kontol Tri dikocok oleh Alim, kontolku masuk ke dubur Alim sedangkan mulut Alim terisi kontol No dan kontol Alim sendiri masuk di pantat Tri. Tanganku tak hentinya mengelus dada, punggung, pantat, pundak, lalu lengan, lalu dada lagi, perut dan ah... pokoknya semua tidak ada bagian tubuh Alim tidak tersentuh. Kalau ini impian jangan bangunkan aku. Biar kasurku banjir mani tetap jangan bangunkan aku.
   
    Kontolku terlepas saat Alim mengeluarkan kontol dari dubur si Tri dan dikocok sendiri. Rupanya hampir keluar. "Biar aku yang keluarin, Lim." Tanganku menepis tangan alim dan aku mulai mengocok seperti irama Alim tadi. Kontol No juga terlepas dan sudah dikocok sendiri juga. Tapi ternyata Tri yang pertama kali keluar. Maninya muncrat tinggi sekali. Mengenai muka Alim dan No, sebagian ada yang jatuh di dadaku. Kencang sekali semburannya.
   
    Kedua No juga keluar. Semburannya tepat mengenai dada Alim yang dihadapan dan juga Tri yang masih di bawahnya. Alimpun menyusul. Ah... leganya mereka. Tapi aku belum dan tidak ada yang mengocoknya.
   
    "Hei jangan pergi hei..!" semua pergi bebersih badan masing-masing sementara aku masih mengocok. "Heiii tanggung jawab dooonngg!" teriakku sambil terus mengocok..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar