Rabu, 17 November 2010

TERSESAT DI SUMBING 6

TERSESAT DI SUMBING 6

Cerita sebelumnya:
Pertemuan dengan Jion dirayakan dengan pesta di dalam gua. Yang di bawah tidak kalah hot menikmati malam.

    Sesudah seharian mencari umbi-umbian dan berburu beberapa tupai liar, sore itu Jack, Jion dan Koko sudah berada di dalam gua kembali. Mereka membuat dua api unggun satu sekitar dua atau tiga meter dari mulut gua dan yang satu lagi di dalam gua. Koko menata batu-batu menjadi sebuah lantai 3 x 3 meter persegi di tepi dinding dalam. Selain untuk tidur, nah kalian tahu kan untuk apa altar seperti itu.

    Buruan terbaik mereka adalah ketika secara tidak sengaja seekor anak babi hutan terjerat sulur-sulur dekat gua mereka. Babi kecil itu seakan disediakan bagi mereka seperti seekor kambing yang disediakan buat nabi Ibrahim. Ah, pasti tidak bisa disamakan dengan itu. Malam itu pertama kali Koko memakan daging babi, mulanya terasa agak aneh ... agak lebih kasar dari daging kambing tapi lebih empuk dan lebih gurih. Tapi efeknya men... bikin panas badan. Al hasil bukannya kedinginan, Koko malah melepas baju dan celana panjangnya. Itupun dia masih keringatan juga.

    Temperatur di dalam gua memang lebih tinggi dari biasanya, entah karena api unggun yang terlalu besar atau mungkin udara dingin dari luar sudah dihangatkan oleh api yang diluar gua dahulu. Koko tidak ragu lagi telanjang di depan kedua sobat senasib dan seperasaan. Mereka bukanlah pria banci yang ketakutan saat dalam masalah. Mereka adalah pria-pria tangguh dan jantan yang menikmati masalah dan mengubahnya jadi kenikmatan.

    Jack, Koko dan Jion memiliki postur tubuh pria yang benar-benar jantan. Andai di dalam gua disediakan 30 wanita, mereka pun sanggup menggilirnya dan menyetubuhinya sampai setiap wanita orgasme. Mereka bukan sekedar penggemar sesama pria, namun mereka lebih kepada maniak seks.

    Sementara Koko tiduran di atas batu dalam keadaan telanjang bulat, Jack dan Jion menghabiskan daging itu hingga tak bersisa. Kontol koko terus menerus berdenyut-denyut di atas perutnya yang mulai membentuk six pack tanpa tersentuh. Tangannya telentang dan wajahnya memejam.

    Setelah minum, Jion menuntun Jack ke dekat Koko. Jion langsung menyerang leher Jack dan melumatnya, menikmatinya. Ada leleran keringat Jack di antara kulitnya yang memerah kepanasan juga. Dalam waktu singkat keduanya sudah berpelukan dan bergesekan tubuh, berciuman dalam lenguhan nafsu. Batang kontol keduanya yang menegang habis beradu seakan sedang main anggar. Tubuh mereka licin oleh keringat. Koko menikmati pemandangan seperti seorang raja menikmati para prajuritnya sedang beradu syahwat di depannya.

    Kumis Jion yang rapi menutupi bibir atasnya itu menyapu habis bukan saja leher dan wajah Jack, namun sudah hingga paha dan selakangan... uhhh terasa kan gelinya..! Berkali-kali tampak Jack menjambak Jion mungkin karena terlalu geli.
***

    Sementara itu rapat menghasilkan beberapa poin penting dalam tindakan evakuasi berikut. Salah satu poin yang disetujui adalah menggunakan jasa paranormal untuk pencarian para pendaki itu. Paranormal yang digunakan adalah ki Arjun, orangnya baru sekitar tigapuluhan berbadan tegap dan berwajah bulat manis khas Solo. Kulitnya gelap, badannya tegap tapi tidak terlalu tinggi, pasti gagal kalau melamar ke kesatuan TNI. Meski masih muda namun dia pernah diperbantukan untuk melacak korban pesawat jatuh di dekat solo, hasilnya semua tubuh korban (dengan potongannya) ditemukan.

    Atas anjuran Ki Arjun pulalah, semua pendakian dari Kledung dan sekitarnya dilarang untuk jangka waktu satu minggu ke depan. Malam itu kebetulan adalah Jumat Kliwon, saat yang tepat untuk memberikan sesajen sebagai tebusan bagi penunggu gunung. Bersama Hendro dan Tio, Ki Arjun yang sudah berpakaian jawa berangkat ke Pos IV. Tio dan Hendro berpakaian biasa saja.

    Sampai di Pos IV jam 23 lebih. Upacara akan dimulai menjelang tengah malam. Mereka memiliki beberapa saat untuk beristirahat dan bersiap. Hendro membuat api unggun dan mulai memasak beberapa bungkus mi instan. Tio mempersiapkan kantung tidur sedang Ki Arjun menyiapkan segala pernik sesajennya dan mulai duduk membaca mantra. Bau kemenyan menguar di udara menambah suasana magis malam itu.
   
    Tio dan Hendro memandang ki Arjun yang berkonsentrasi membaca mantra tanpa suara sambil menikmati makan malam. Mereka menunggu sesuatu terjadi, bahkan hingga lewat tengah malam. Satu jam selewat itu mereka diliputi kebosanan, mereka juga menganggap ki Arjun tertidur dalam mantra-mantranya, karena tubuhnya hanya diam. Karena mereka tidak boleh mengganggu, apapun yang terjadi, mereka memutuskan untuk tidur saja. Hendro memeluk tubuh Tio. Wajahnya sengaja ditempelkan ke wajah Tio yang diam saja membiarkan.

    Roh Ki Arjun sebenarnya sudah meninggalkan raganya di Pos IV dan memasuki raga Koko yang keasyikan memandang masyuknya Jion dan Jack.
***

    Dari dalam tubuh Koko, Ki Arjun memandang ke sekelilingnya untuk mengetahui keberadaannya. Dia sangat terkejut karena Koko tiduran sambil bertelanjang, bahkan kontolnya tegang penuh. Tangannya ditelungkupkan ke kontol tetapi alih-alih menutupi, ki Arjun mengocoknya dan meraba-rabanya. Niatnya adalah tidak membuat Jack terkejut.
   
    Jack sedang membiarkan pantatnya dipakai oleh Jion. Tangan jion memeluk erat tubuh Jack dari belakang, terkadang meraba semua bagian depan tubuh Jack. Tubuh Jack memang bagus, pinggang dan perutnya yang kecil dan ketat. Dadanya dan pangkal lengannya yang lebar, pahanya yang besar ditambah kulitnya yang kecoklatan dan berkilat oleh keringat, begitu macho nampaknya.
   
    Ki Arjun mendekatkan tubuh Koko yang kini dikendalikannya ke dekat Jack. Tanganya meraih kontol Jack yang berkeliaran berdenyut ke atas bawah. Kontol delapan belas sentinya naik turun menanti pemuasan. Kontol itu ditempelkan ke mulutnya, rasanya aneh ada kontol di mulut. Ki Arjun pernah menonton BF, biasanya yang mengulum adalah wanita. Tapi tak ada salahnya dia mencobanya. Apalagi setelah Jack diam dan menikmati genggaman ki Arjun.
   
    Ki Arjun bertindak lebih jauh. Kontol itu dimasukkan ke dalam mulut dan disedotnya. Sementara tanpa sadar kontol Koko berdenyut kembali bahkan kini sangat keras. Sementara mulutnya mengocok kontol Jack, tangannya sendiri mengocok kontol Koko.
Jack dan Jion tidak menyadari kehadiran Koko yang lain di antara permainan mereka. Mereka menikmati seperti biasanya saja. Lenguhan-lenguhan Jack yang begitu keras menggema di dalam gua, bahkan sampi ke luar gua.
***

    Setelah dirasa cukup waktu, Ki Arjun meninggalkan tubuh Koko yang belum terpuaskan. Sementara kembali ke tubuhnya, dia merasa sarungnya agak basah, bukan karena hujan atau kencing, tapi karena mazinya sendiri. Ki Arjun sebenarnya heran kenapa dia bisa menikmati persetubuhan lelaki dengan lelaki seperti tadi.
   
    Setelah dia mengakhiri mantra-mantranya, Ki Arjun mendekati api unggun untuk menghangatkan diri. Kontolnya terasa tegang sehingga dia agak sulit berjalan, apalagi di bawah sarungnya dia tidak memakai celana dalam. Ini memang kebiasaannya.
   
    Di balik api unggun, alangkah terkejutnya dia karena menemukan dua tubuh telanjang bertumpukan dengan pakaian bertebaran di sekitarnya. Dia sempat berbalik untuk menghindari kekacauan. Hendro sempat melihatnya.

    "Ki Arjun!!" panggilnya.

    Ki Arjun diam tak bergerak memandang asal suara. Sebenarnya rasanya tidak enak memandang dua tubuh telanjang menikmati syahwat secara langsung begini. Entah mengapa kaki Ki Arjun tidak mau meninggalkan mereka, bahkan berbalik dan mendekati.
Hendro begitu jeli melihat tonjolan dan daerah basah di depan sekitar selakangan Ki Arjun.

    " Sini Ki, ikut permainan kami, sekedar menghangatkan tubuh!" ajaknya.
   
    Tio yang di atas Hendro tidak peduli dengan percakapan itu. Semua tubuh sahabat lamanya itu dinikmati sejengkal demi sejengkal. Dada dan susu Hendro yang berbulu dihisap-hisap. Sementara Ki Arjun sudah begitu dekat dan tampak tak mengerti yang harus dilakukannya.
   
    "Ayo, Ki buka sarung dan bajumu. Berikan kontolmu padaku!" pinta Hendro.
   
    Mulut Tio yang terus menjelajah sudah sampai di sekitar selakangan Hendro dan membuat beberapa cupang di sana. Hendro berteriak karena geli saat cupang dibuat. Ki Arjun membuka bajunya dan dengan sigap menurunkan sarungnya. Kontol hitam besarnya berdenyut-denyut di atas muka Hendro. Happp!! Hendro menggenggam dan melahap kontol itu. Kontol itu timbul tenggelam dari mulut Hendro. Ki Arjun bertumpu pada lututnya, wajahnya keheranan karena ternyata laki-laki juga mampu memberi rangsangan yang hebat pada kontolnya.
   
    Kontol Hendro dihisap Tio dan tampak kemerahan saat kontol besar itu keluar masuk di antara bibir Tio. Meskipun baru pertama kali melakukan persetubuhan dengan pria, ki Arjun bukannya bodoh-bodoh amat. Dia bereaksi dengan memegang kepala Hendro dan memaju mundurkan pinggangnya dengan kuat. Nafsu Tio semakin memuncak, sambil menyedot kontol jari-jarinya dengan terampil membuka lubang pantat Hendro. Setelah dirasa siap dimasukkan kontolnya sendiri yang sedari tadi tak terlayani. Dan blesss...

    "Uhhh!" teriak Hendro dan Tio hampir bersamaan.

    Tio berteriak karena kontolnya terasa tergencet, sedang Hendro merasa ada benda tumpul hangat yang merobek pantatnya. Sejenak mereka berdiam. Setelah dirasa cukup enak posisinya, Tio mulai bekerja memberi kenikmatan pada kontolnya dengan memaju mundurkan pinggangnya. Kaki Hendro di letakkan dipunggungnya. Ki Arjun memperhatikan dengan rasa ingin, kontolnya sementara ini sudah tak lagi dihisap.

    Ki Arjun mengocok sendiri supaya kontolnya tetap tegang. Tak tahan lama rupanya dan Ki Arjun mengeluarkan sperma yang membasahi dada Hendro. Sesudah memakai pakaiannya kembali dia duduk di dekat api unggun dan mulai memasak mi instan. Dibiarkannya Hendro dan Tio menyelesaikan hajat. Tapi tak membuang kesempatan sesekali diliriknya permainan mereka.

    Tio mempercepat goyangannya, sementara kontol Hendro malah menjadi lemas. Mungkin karena kesakitan sehingga dia kehilangan gairahnya. Hendro yang tak ingin mengecewakan sahabatnya benar-benar merelakan tubuhnya dipakai Tio. Semakin cepat Tio menggoyang dan semakin kuat sampai Hendro terguncang-guncang badannya. Dan Crott ahhh... teriakan Tio terdengar menggema di atara lembah-lembah gunung Sumbing.

    Plop! Kontol yang berlumuran sperma sendiri itu dilepas dari dubur Hendro yang kemerahan dan megalirkan sisa-sisa sperma. Ki Arjun menikmati adegan itu sambil menghabiskan mi instannya.Tio mulai memakai celana panjangnya kembali tanpa mengenakan celana dalam. Juga jaketnya supaya tidak kedinginan. Hendro pun demikian.

    "Bagaimana Ki, hasilnya tadi?"

    "Wah, kamu hebat loh Ndro... kapan-kapan aku mau lagi ditemani kalian berdua seperti ini!" Ternyata ki Arjun mulai kecanduan nih!

    "Oke Ki, aku siap!" Jawab Hendro sambil mengecup pipi ki Arjun.

    "He... jangan tinggalkan aku loh!" Tio tak mau ketinggalan.

    "Maksud aku bagaimana hasil meditasi Ki Arjun di sana tadi?" tanya Hendro sekali lagi.

    "Jiwa mereka berdua dalam keadaan tertawan. Tapi yang aku heran mereka menikmati seperti yang kita nikmati tadi. Bahkan, aku di sana sempat bermain, sebelum terpuaskan olehmu Ndro. Oke, tapi bagian ini jangan kalian ceritakan pada siapapun apa lagi pada kepala evakuasi. Nanti malahan pekerjaanku dianggap tidak serius. Kalian tahu kan... profesionalitas perkerjaan. Meskipun hanya dukun, saat ini kami juga perlu itu."

    Ki Arjun hanya melihat Jack dan Koko saja. Di dalam gua itu dia tidak melihat Jion sama sekali. Mengapa?

Bertiga, Ki Arjun, Tio dan Hendro turun saat semburat lembayung mulai nampak di timur. Dalam hitungan jam saja mereka bertiga sudah sampai di Pos Evakuasi untuk melaporkan perkembangan terbaru. Sementara itu, Kepala Evakuasi mengijinkan konferensi pers siang itu. Dia sudah terlanjur berjanji pada wartawan, apabila sampai hari ketujuh kedua korban belum ditemukan juga maka dia bersedia memberikan konferensi pers. Tentu saja kedatangan ki Arjun dan rapat pagi itu menjadi penting untuk memberi keterangan pada masyarakat luas.

Cerita berikutnya:
    SEMENTARA BREAK DULU BUAT TDSNYA...!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar