Jumat, 05 Maret 2010

BALI MEMANG BIKIN BIRU

BALI MEMANG BIKIN BIRU
Ide cerita: Marcus

Di atas pasir putih itu Marco dan Rendy berbaring berdua. Mereka berjemur menikmati hangatnya matahari. Seperti turis manca, mereka juga mengenakan tabir surya di sekujur tubuh telanjang yang hanya tertutup selembar cawat. Tubuh putih yang biasa terkena AC kini terpanggang sempurna disengat sinar yang membuat melanin bekerja memproduksi warna gelap.

Sesudah bagian depan terasa lembab berkeringat, Marco membalikkan badan. Pasir menempel di bagian punggung hingga betis. Rendy terusik gerakan Marco menengok. Sigap dia duduk lalu membersihkan pasir di punggung Marco. Tak sadar kalau di tubuhnya juga banyak. Pasir itu bandel menempel namun dengan sabar Rendy mengenyahkan. Marco tenang saja menikmati.

"Kok pantat gw dilewati?" tanya Marco tiba-tiba.

"Emang ngapain bersihin pantat lo yang bau? Klo butuh cebok ke WC aja!" kata Rendy sewot.

Marco mengambil posisi duduk di sebelah Rendy.

"Punggung lo sendiri banyak pasir... sudah hadap sana!" ujar Marco.

Rendy memberikan punggung.

"Eh eh ... lihat arah jam 11. Ada bule lagi ganti celana." kata Marco seraya menepuk punggung Rendy.

Bola mata Rendy melirik ke arah kiri sedikit. Jarak dari mereka tidak sampai 10 meter. Seorang bule berumur tiga puluhan melepas celana renang yang basah tanpa risih. Segera saja kontolnya yang lemas tapi besar itu menggantung di selakangan. Jembutnya juga berwarna pirang dan keriting menghiasi sekitar kontol tak bersunat. Kontolnya biasa saja tak seperti koleksi gambar yang sering Marco ambil dari internet. Beberapa detik kemudian bule itu mengambil celana bermuda dan mengenakan tanpa celana dalam. Dipungutnya handuk hotel putih yang tergeletak di bangku jemur dan berlalu. Agak kecewa karena pemandangan berakhir tapi ini merupakan pengalaman tersendiri dalam hidup Marco dan mungkin Rendy.

"Hayooo horni ya..." kata Marco yang mencoba menyenggol kontol Rendy tapi dengan sigap ditepis tangan bak seorang pesilat.

"Udah ah! Yuk kita keliling pantai sambil liat toket gelantungan aja!" ajak Randy sambil berdiri siap untuk berangkat.

"Eh punggung lo....." suara Marco lenyap ditelan suara ombak yang berdebur kencang.

"Kejaar gw ...bissa..." suara Rendy yang sudah berlari juga sebagian hilang.

Mau tak mau Marco mengejarnya.
***

Hubungan Marco dan Rendy adalah sepupu. Mereka sudah sangat akrab sedari kecil. Main, makan, tidur, nonton, game, bahkan mandi pun sering bersama. Seperti saat ini Keluarga Marco yang pergi ke Bali dan Rendy pun diajak. Lagian Rendy dan Marco sudah sama-sama lulus kuliah. Jadi pasti tidak merepotkan. Paling-paling anggaran makan dan tidur yang jadi membengkak karena mereka perlu porsi makan besar dan kamar tersendiri.

Semenjak remaja mereka pun berbagi banyak kisah tentang cewek, tentang gambar di internet, tentang majalah plaboy edisi Amerika, tentang vcd porno, tentang yang membuat horni, dan juga tentang onani. Tak ada rahasia lelaki di antara mereka berdua. Meski begitu mereka tak melangkah telalu jauh untuk melakukan hubungan ... bahkan untuk onani bersama. Itu jauh dari angan. Rendy menganggap Marco normal. Begitu  pula sebaliknya.

"Ko.. lo sms siapa sih?" ingin tahu Rendy muncul juga.

"Ada deehhh... temen chat gue."

... TAU GAK DI SEBELAH GW ADA OM-OM LG TLJG MND DI KALI. TP SDH TW 0_0 .....

"Oo," ujar Rendy datar.

Setelah dari pantai Pasir Putih Dream Land, mereka menuju Ubud. Tujuan mereka adalah museum Antonio Blanco.

"Siapa sih temen lo sms terus?" Rendy merasa terganggu.

Mobil memasuki jalan menanjak ke lokasi museum pelukis dunia yang terkenal itu. Mereka melihat langsung bengkel tempat lahirnya karya-karya maestro yang sekarang bernilai tinggi. Sebelum gelap mereka meninggalkan tempat tersebut. Tujuan berikut adalah desa ubud untuk makan dan menyaksikan pertunjukan tari kecak jam 8 malam.
***

Ahhh akhirnya masuk hotel di Kuta lagi....

"Lo dulu aja deh yang mandi," kata Rendy sambil membereskan pakaian.

Mereka harus check out besok untuk pulang dengan pesawat jam 10 pagi. Suara debur air terdengar lebih keras dari biasanya. Mungkin Marco lupa menutup pintu kamar mandi, pikir Rendy. Tapi tak dihiraukannya.

"Dah sana gantian," sebentar Marco keluar dengan handuk putih menutupi kontolnya.

Rendy masuk ke kamar mandi. Padahal Marco mengharapkan dijahili Rendy. Dipegang atau dicolek kontolnya. Dalam skenario Marco akan menjatuhkan handuk putihnya dan kelihatan kontol ngaceng yang besar. Sesudah itu.... ah sudah lah! Semua tak terjadi.

***

Marco tiduran hendak melampiaskan nafsu. Tubuhnya masih hanya mengenakan handuk putih. Handuk putih dibuka. Marco telanjang bulat tanpa selembar benang di atas kasur King size hotel yang empuk. Badannya diraba-raba sendiri. Lalu kontolnya dielus-elus. Ada kenikmatan sendiri.

Sssshhhh ... rintih Marco meraba-raba dada, perut dan selakangannya.

Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka. Rendy keluar mengenakan handuk putih. Lalu mendekat ke kasur juga.

"Lagi horni lo?" tanyanya singkat.

"Iya neh... emang lo gak horni liat pemandangan seharian di sini?" pancing Marco.

"Iya juga sih.."

"Klo gitu onani bareng aja, yuk!" ajak Marco cepat

Rendy berpikir.

"Kita adu. Siapa paling lama ngecrot dia yang menang," sambung Rendy.

"Setuju!" kata Marco girang.

Rendy membuka handuk putih dan telanjang di samping Marco. Kontol Rendy masih lemas. Rendy menggengggam kontol dan mulai mengelelusnya ringan. Sekejap saja batangnya mulai berdiri. Ketika membuka mata dilihatnya Marco sedang memelototi.

"Hayoo mulai. Kenapa cuma ngeliat gue?!" perintah Rendy sebagai tanda start lomba ngocok.

Dua pemuda seumur mulai menikmati masturbasi di kontol masing-masing. Rendy mengocok dengan mata terpejam dan lebih lambat. Sedang Marco sedikit lebih berisik.

"Hmmm ffff... sshhh henak nih!" lenguh Marco memancing Rendy.

Rendy tetap diam dan mengocok dengan irama tetap.

Marco memejam mata menikmati bayangan Rendy saja. Ia takut kalau dia diketahui ingin memeluk atau bahkan menginginkan kontol Marco yang sedang berdenyut memerah itu. Entah apa yang ada  dalam imajinasi Rendy perlahan tapi pasti dia menikmati setiap hentakan.

Marco membayangkan kalau Rendy segera meraih kontolnya dan memasturbasinya. Pasti enak sekali.

"Ooohhhh hmmmm...." erang Marco dipelankan.

Marco menghentikan kocokan karena pejuh yang hampir muncrat.

"Heyyy jangan berhenti! Curang!" ujar Rendy melirik Marco sambil tetap mengocok.

"Iya ... iya ini gue kocok lagi!" kata Marco memulai mengocok kontol lagi.

Kali ini iramaya lebih pelan. Maksudnya biar tidak terlalu cepat orgasme. Komtol Rendy masih bertahan dan tidak ada tanda-tanda akan orgasme.

Sialan! Pikir Marco. Bisa kalah nih...

Sering mereka beronani bersama kalau sedang menonton VCD porno bersama. Tetapi selama ini  belum pernah sedekat ini. Jarak mereka tidak lebih dari 90 cm. Kontol Marco terlihat jelas bagi Rendy. Selama ini dia juga tidak pernah memperhatikan seberapa besar dan seberapa panjang kontol sepupunya itu bisa ngaceng. Kali ini lebih jelas.

"Sssshhh aahhh gue dah gak tahan nih..." Marco memberti tanda-tanda akan menyerah.

"Iiiyahh gue juga hampir hfff..." tiba-tiba saja Rendy menimpali.

Kocokan keduanya tambah cepat. Dan crottt.... crotttt disusul yang lain crottt mereka berlomba menyemprot cairan putih ke badan masing masing. Lalu keduanya terkulai lemas.

"Siapa duluan?" tanya Marco cepat melihat pejuh putih Rendy hingga ke dada.

"Lo duluan!" ujar Rendy memelototi ujung kontol Marco yang masih menumpahkan leleran pejuh.

Pejuh Marco lebih banyak dan kental tumpah di atas pusar dan ke pusar. Mani Rendy muncrat ke dada dan warnanya lebih bening. Rupanya Rendy sudah lama tidak menumpahkannya.

"Eeee enak aja lo duluan tuh!" timpal Marco lagi.

"Lo duluan gue lihat kok! Atau gue cabut kontol lo..." Rendy dengan sigap meraih kontol Marco.

Marco meronta dengan reflek. Tapi kontolnya sudah digenggam Rendy.

"Iya iya iya... lepasin dong!" kata Marco menjerit mengaku kalah.

Lalu mereka saling menatap. Masih dalam keadaan telanjang. Tiba-tiba berdua membalik dan duduk di tepi ranjang saling membelakangi. Masing meraih handuk putih dan membersihkan badan dari pejuh mereka. Masih dalam diam.

"Ko..."

"Ren..." mereka berdua berkata hampir bersamaan.

"Gue ke kamar mandi dulu," kata Rendy meninggalkan Marco.

Lama sekali air tetap menyala. Marco mulai mengantuk. Dia memakai pakaian dan masuk ke dalam selimut putih.

***

Mereka baru bertegur sama lagi sesaat sebelum meninggalkan kamar.

"Ko..., gue harap yang semalam jadi rahasia kita berdua saja seumur hidup ya..." kata Rendy serius.

Marco mengangguk mengiyakan. Mereka berpelukan seperti baru saja berdamai dari pertengkaran masa kecil dulu.

Mereka akhirnya meninggalkan kenangan biru itu di Bali.

Banyak kenangan biru lain yang mungkin kalian punya bisa share dengan gue. Silakan email ke onani17kl@yahoo.com. Mau ketemuan? Mau cerita langsung? Mungkin kita bisa janjian dulu.

SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar