Rabu, 06 Oktober 2010

TERSESAT DI SUMBING 2

Cerita sebelumnya:
Jack dan Koko naik ke Gunung Sumbing. Di perjalanan mereka bertemu dengan Jion, mantan instruktur fitnes Jack. Mereka berjalan bersama sampai pos ke tiga. Di situlah Jion meninggalkan Jack dan Koko untuk mengejar rombongannya sendiri. Di Pos tiga mereka tertidur saat akan bermesraan. Sewaktu bangun mereka berada di suatu tempat yang aneh. Mereka berusaha pergi dari tempat itu dan menemukan pos tiga tapi selalu kembali ke pohon beringin besar semula. Oleh karena kelelahan mereka mandi bersama untuk menenangkan diri mereka sebelum memulai usaha lebih lanjut.

***
 
Berdua membersihkan diri sekali lagi. Sebenarnya ingin sekali melakukan di dalam air tapi waktu tidak memungkinkan. Sebelum sore kami harus menemukan semua perbekalan yang tertinggal. Tetapi mungkin saja ada kelompok lain yang telah turun pagi tadi menemukan tas kami. Kemudian mereka menitipkan pada seseorang di tempat Pak Ngadiyo.Paling penting adalah menemukan jalan menuju ke Pos pertama atau sekalian ke desa terakhir.

Setelah memakai baju dan minum air sungai secukupnya kami berjalan sekali lagi menyeberang sungai. Arah yang dituju adalah menjauhi pohon beringin tempat pertama kali kami sadar dari pingsan. Kemanapun tujuannya yang penting menjauh dari pohon sialan. Jack membubuhkan beberapa tanda di pohon yang dilewati dengan menggunakan pisau komando yang tertenteng di pinggang. Ini untuk menandai jalur yang kami lewati. Aku mengikuti di belakang sambil sesekali juga menyibak rimbunan semak yang menutupi jalan.

Hampir satu jam kami berjalan. Jam tanganku menunjuk pukul 14.22. Sebenarnya perutku lapar tapi kami benar-benar tidak punya makanan.

"Pernah sih.. tapi gue lupa. Jadi lebih baik kita tidak ambil resiko", begitu saran Jack.
 
Aku memintanya membuat makanan dari apa yang kami temui sekitar hutan. Seorang pendaki biasanya pernah mengikuti pelajaran yang dinamakan Survival atau mempertahankan diri apabila tersesat di perjalanan. Pada pelajaran ini ada cara memilih jamur, pakis atau tumbuhan lain yang aman untuk dijadikan makanan.

"Jack lapar sekali nih.. Haus lagi!" Keluhku.

Setelah diam sejenak rupanya Jack mendapat ide.

"Kebetulan gue mau kencing nih. Mau?" usul yang gila. 

"Gila lo!" aku sedikit berang karena usulnya meledek dan melecehkan.

"Dengerin, Ko! Sorry kalau elo tersinggung. Ini bukan penghinaan. Gue serius. Banyak orang menggunakan urine sebagai terapi untuk kesehatan. Gue juga sering minum air seni sendiri untuk kesehatan." Jack menjelaskan.

"Iya tapi itu air kencing sendiri. Kalau air seni sendiri gue juga mungkin masih mau." Aku beralasan.

"Mana bisa kamu minum air senimu sendiri. Tadi saja, tidak bisa kulum kontol elo sendiri kan?" kata Jack.

Aku terdiam. Teringat lagi bagaimana di pinggir sungai tadi Jack berakrobat mengulum kontol sendiri.

"Oke, begini saja. Untuk membuktikan kesungguhan ucapanku, sebelum elo minum air seniku biar aku minum air seni lo duluan. Terus terang aku juga haus banget." Usul Jack.

Jack berlutut di depanku dan mulai membuka resleting celanaku. Bukannya ingin kencing, kontolku malahan menegang dipegang oleh tangan Jack. Diarahkannya kontolku dan dingangakan mulutnya untuk menampung air kencingku. Lama tidak ada tanda-tanda ingin kencing malahan kontolku berdenyut-denyut. Padahal aku sudah berkonsentrasi untuk mengeluarkan air kencingku. Kucoba pegang kontolku sendiri namun tetap saja tidak bisa. Jack terlalu menggairahkan.

Jack menggenggam kontolku lagi dan mengarahkan ke mulutnya. Tapi tetap saja sama. Kupejamkan mata agar tidak melihat Jack. Ketika aku sedang berkonsentrasi tiba-tiba kurasakan ada kehangatan di kepala kontolku dan perlahan ke arah batangku juga. Saat aku buka mata kulihat kontolku sudah dihisap Jack. Rupanya dia ingin menghisap air seniku dari dalam kantong seniku. Tentu saja ini tidak ada hasilnya. Tetapi kenikmatan itu, ahh sungguh.. Sekali lagi gelenyar kenikmatan itu berpusat di selakanganku dan menyebar bergelombang ke seluruh tepi tubuhku. Serasa melayang dibuatnya.

Tubuhku limbung tak kuat berdiri. Kepala Jack jadi peganganku. Kuremas rambut cepaknya, kepalanya kutekan supaya jangan ada gerakan yang menimbulkan getaran hebat lagi. Aku jatuh terduduk. Jack memundurkan kepalanya mau lepas. Gerakannya menimbulkan getaran lain, uhh.. pluk. Kulihat kontolku warnanya jadi kemerahan, terutama kepalanya. Darahku mengumpul disitu semua rupanya. Jack tersenyum memandang rupaku yang keenakan itu. Dia berlutut dan menikmati wajahku cukup lama.

"Jack.. please!" pintaku.

Jack meminta tangan dan menuntunku ke sebuah batu besar. Aku bersandar di situ dan Jack sekali lagi berlutut di hadapan selakangan. Tak lama kemudian aku sudah melenguh-lenguh karena nikmat oral oleh Jack. Mungkin karena menahan kenikmatan yang tiada tara badanku sampai berkeringat. Jack sudah punya banyak variasi dalam mengoral. Terkadang menjilat-jilat, terkadang kepalanya saja, terkadang dengan sedikit gigitan dan terkadang lidahnya bermain berputar-putar. Semuanya menimbulkan sensasi sendiri-sendiri yang agak sulit dilukiskan. Semua punya keistimewaan rasa. Aku menikmatinya di atas batu itu sampai ke puncak.
Sesudah aku mengeluarkan seluruh sisa sperma hari itu, akhirnya berasa juga.

"Gue sudah ingin nih.." kataku mengarahkan kontolku yang sudah lemas ke Jack.  

"Gila lo! Sekali lagi? Kamu minum obat kuat apa sih, Ko?" Jack heran.

"Ingin kencing say.. Pikiran elo .. ngeseks aja!" kataku menggerutu.

Dan bunyi gemericik terdengar dari mulut Jack yang mulai penuh dengan air seniku. Glek .. sekejap air itu hilang semua. Dijilatnya sekali lagi kepala kontolku untuk membersihkan air yang menetes. Gelinya tak terhingga. Lalu Jack berdiri. Tiba-tiba saja dia melumat bibirku. Aku terkejut. Ada rasa asin agak pahit ada di mulutku.

"Apa rasanya, Ko?" kata Jack tersenyum sesaat lepas dari mulutku.

Wajahku berkerut-kerut karena ada yang aneh. Aku berkecap-kecap mencoba membiasakan rasa itu. Lalu aku meludah-ludah. Aku ingin bersih dari segala najis itu.

"Ah, yang penting bisa menghilangkan rasa haus. Jadi gimana nih jadi nggak?" kata Jack sambil menurunkan resleting sendiri.

Keluarlah kontolnya yang setengah tegang itu. Di kepalanya basah air mazi. Jelas terlihat karena Jack membukanya di sampingku di dekat batu besar tempat aku masih bersandar. Jack memandangku tapi mataku ke kontolnya. Lalu sambil digerakkan naik turun kontolnya seperti boneka unyil.

"Bang Koko, jadi nikmati airku tidak?" suara Jack dibikin seperti anak kecil.

"Biarin haus deh. Elo buang aja.." kataku.

Rasa tidak enak itu masih di mulut. Aku meludah lagi.

"Ya sudah. Gue minum sendiri saja." Kata Jack

Jack mengambil posisi senam gaya paku. Mengarahkan kontol ke mulut, kepala kontol itu hilang diantara bibir. Lalu curr.. seluruh air seninya tumpah di mulutnya. Glek .. sekali telan air itu masuk kembali ke dalam tubuhnya. Aku hanya melihat sambil melongo. Gila juga sobatku ini.

Kami berjalan lagi. Tak lama kemudian kami menemukan sebuah sungai. Aku tertawa terbahak-bahak melihat wajah tolol Jack yang sudah rela minum air kencingku dan air kencingnya sendiri. Di sungai itu aku memuaskan dahagaku.

Dengan wajah serius, Jack menunjuk sebuah batang pohon bergores.

"Ko, bukankah ini tanda yang kubuat tadi?" tanyanya setelah aku mendekat

"Jadi… ini sungai tempat kita mandi tadi?" tanyaku lemas.

***

Malam itu kami membuat api unggun di tempat terbuka tidak jauh dari pohon Beringin. Harapan kami adalah api itu dilihat rombongan pendaki malam ini atau regu SAR yang dikirim mencari. Itu kalau ada. Sebagai tempat tidur kami membuat semacam rumah panggung dengan mengikatkan 4 batang pohon yang cukup kuat. Kasurnya kami buat dari rerumputan dan dedaunan. Untung saja jaket dan sarung tangan kami masih terbawa. Kami yakin mampu bertahan dalam dingin untuk malam ini. Api unggun itu berada dekat 'gubuk' kami.

Perbincangan kami sepanjang jalan tadi siang dan malam ini adalah bagaimana kami bisa sampai di tempat ini. Semua sudah dibahas, dari hal rasional seperti kami terguling dari pos 3 sampai di tempat ini, hingga hal irasional seperti kami dipindahkan oleh penunggu gunung Sumbing. Tapi tidak ada kesimpulan hingga saat ini. Kami tetap tidak tahu di bagian mana kami berada.

"Jack, kamu bersama Jion berapa lama?" tanyaku membuka topik baru.

"Empat tahun dua bulan sembilan hari" jawab Jack yakin.

"Kamu punya hubungan serius dengan dia?" aku coba mengorek keterangan.

Jack menambahkan beberapa batang kayu lagi pada api yang mulai mengecil.

"Yah, begitulah! Kami sahabat dekat. Sedekat aku dan kamu. Aku berharap kamu tidak cemburu padanya." 
 Kami menggunakan bahasa resmi saat kami bercakap-cakap serius.

Kuperiksa dalam hatiku seandainya saja mungkin ada rasa cemburu itu. Namun aku tidak menemukannya. Maka aku pun menggelengkan kepala. Jack menggenggam tanganku. Matanya yang hitam dengan alis yang tegas memaku mataku untuk tetap memperhatikannya.

"Terus terang.. aku suka bersahabat seperti ini, Ko. Menurut gue, kita ini orang normal tapi haus sex saja. Jadi apa salahnya untuk saling memuaskan. Bagaimana Ko?" Ujar Jack.

"Apa elo ada rencana untuk berhubungan dengan Jion lagi?" tanyaku menyelidik.

"Mungkin" jawabnya pendek.

Lalu kita berdua diam, sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Apa aku boleh ikut?" tanyaku.

"Hah?" rupanya pikiran Jack sudah jauh dari perbincangan.

"Jika kamu melakukan dengan Jion. Aku mau bertiga" usulku.

Wah, pasti asyik sekali kalau disetujui. Malam itu aku menyimpan harapan. Kalau Jack saja suka pada Jion, maka pastilah Jion jauh lebih oke dari Jack. Permainannya pasti lebih memuaskan daripada permainanku. Apa salah belajar dari Jion sekalian menikmati tubuh dan tehniknya. Aku menunggu waktu itu tiba.

***

Malam sudah larut. Aku tertidur di dalam gubuk, sementara Jack di depan api unggun sambil menanti kalau-kalau ada sesuatu. Entah itu pertolongan SAR atau binatang buas yang akan memangsa. Sebentar lagi giliranku berjaga. Sebetulnya tidaklah nyenyak aku tidur. Sudah banyak nyamuk kebun (tepatnya nyamuk hutan), perutku keroncongan lagi. Seharian kami hanya minum dan minum air sungai untuk memuaskan dahaga kami. Terbayang dalam benakku steak bakar. Daging yang empuk, aroma rempah, sausnya .. Hmm semua begitu lezat untuk disantap. Tapi heei.. aku betul-betul mencium baunya. Kutajamkan penciumanku lalu aku terduduk. Di depan api unggun Jack sedang membakar sesuatu.

"Apa itu, Jack?" setengah berteriak aku.

"Ah, sudah bangun juga. Sini deket!" kata Jack sambil melambaikan tangan.

"Daging apa itu Jack?" tanyaku.

Di atas bara api terpanggang binatang berkaki empat sebesar kucing tanpa kepala. Bau dagingnya harum sekali. Kepalanya sudah dipotong, sehingga sulit menebak binatang apa sebenarnya.

"Ini kambing. Mungkin tersesat dari induknya." Katanya menjelaskan.

Lalu diambilnya sedikit dan digigit lalu disodorkan kepadaku.

"Nih makan, aku sudah satu tadi" kata Jack

Kulihat memang di atas bara ada beberapa keping tulang iga yang sudah setengah terbakar. Pikiranku bukan disitu.

"Jack. Bukankah berarti kita berada dekat rumah penduduk, kalau begitu?" aku menganalisa.

Jack tersenyum saja. Lalu kumakan daging itu dengan lahap. Jack membantu mengupas daging-daging itu. Aku makan lahap sekali. Satu ekor itu kuhabiskan semua. Ah, akhirnya kenyang juga. Badanku jadi lebih hangat dan bertenaga.

"Trims Jack" kataku

Kupeluk Jack dan kukecup bibirnya. Kami begitu bebas satu dengan yang lain. Aku tidak yakin melakukannya andai kami sudah turun gunung. Tapi kecupan persahabatan kami tidak bertahan lama. Sebentar saja kecupan itu sudah berubah jadi kecupan-kecupan mesum. Dari matanya aku tahu kalau Jack menginginkanku saat ini.

Ciumanku pun berpindah ke telinga dan lehernya. Tangan Jack juga sudah tak tahan. Agak risi sebenarnya, tangan Jack kotor dengan daging dan arang tapi semua kubiarkan juga. Dalam sekejap kedua tangannya sudah bergerayangan kemana-mana. Punggungku, dadaku, perutku, pinggangku, ketiakku, pahaku dan juga selakanganku. Tak ketinggalan juga kontolku yang mulai tegang tapi masih dalam celanaku.

Di tepi api ungun itu birahi kami membara.
Tiada kata.
Hanya tatapan dan lenguhan kenikmatan.
Saling usap.
Saling dekap.
Erat.
Urat kami bertonjolan.
Keringat kami bercucuran.
Lenguhan. Desahan.
Dan kecupan.
Semua bergantian untuk menyalurkan hasrat kemesraan.
Ahhh..!
Semua dalam ketelanjangan dengan selimut kehangatan api yang bergeliatan.

Ya, benar! Tiba-tiba tubuh-tubuh ini sudah bertelanjangan dan saling bertumpang tindih. Panasnya gerakan kami ditambah panas api membuat kami cepat berkeringat. Keringat kami bercampur dan saling melicinkan. Gerkan kami tambah mudah dah ahh gesekan kami makin terasa. Uhh.. kontol Jack di perutku dan kontolku di perut Jack. Keduanya terkadang juga saling bergesek. Sementara lidah dan bibir kami tak kalah untuk memuaskan.

Berpuluh menit kami melakukan hal itu sampai jari Jack menekan-nekan duburku. Aku berposisi seperti kuda dan Jack memeluk punggunggku. Satu tangannya mengarahkan kontol 18 cm nya ke lubangku. Arrgghh rasanya sakit, tapi Jack begitu lembut. Sebentar-sebentar diludahi kontolnya dan juga duburku. Sampai akkhh.. akhirnya masuk juga. Batang hangat dan besar itu terasa mengganjal di pantatku. Perlahan Jack mendorongnya hingga masuk separo. Lalu diam sebentar.

Kontolku sendiri agak menciut karena sakit itu. Kucoba santai sehingga lubangku bisa untuk keluar masuk kontol idamanku itu. Ya .. rupanya berhasil. Kontol Jack masuk lagi. Lalu Jack memulai gerakan maju mundur itu. Sementara tangannya memelukku lalu menciumiku. Gerakan itu bertambah cepat saja. Terasa nikmat jadinya.

Kesepian itu dipenuhi lenguhan dan nafas nikmat kami. Uh .. uh .. uhh.. lalu ahh.. ahh .. ahh.. hmm lalu yes yes yes dan sebagainya. Bola zakar Jack terkadang menampar pantatku yang keras dan seksi. Sementara batangku dan bola zakarku menggantung-gantung seirama gerakan. Hmm .. kontolku mulai tegang lagi. Kontol itu mulai memukul-mukul perutku dan hmmm ..

"Jack, aku ingin lihat wajah elo!" kataku saat Jack mengambil jeda untuk mengumpul tenaga.

Jack melepas kontolnya. Pluk. Kontol itu tampak merah. Mungkin karena dijepit erat di dalam kontolku. Di luar, kontol itu menegang dan menampakkan bentuk aslinya yang besar sekali lagi. Kakiku kusandarkan di pundak Jack yang sedang berlutut. Sebentar saja blezz.. kontol itu lenyap lagi. Dan Ah.. aku melihat seluruh tubuh telanjang Jack yang begitu berotot. Sama berototnya seperti sehabis latihan.

Dipegangnya erat kedua pahaku untuk mengatur ketinggian pantatku. Dan ahh.. rupanya juga untuk mempermudah gerakannya. Enak sekali! Gerakan itu berulang-ulang tapi tak membosankan. Setiap gerakan membawa kami semakin dekat ke puncak. Tusukan dan tarikan kontol Jack membawa sensasi ahh… hingga ahhh yang begitu  panjang dari mulut Jack. Kurasakan ada sesuatu yang hangat di dalam pantatku. Cairan itu meleleh saat kontol Jack dilepas dari duburku.

Karena aku belum keluar aku mengocok sendiri. Selain kulihat Jack masih terengah-engah sambil tidur di sebelahku, aku juga ingin cepat terpuaskan. Dan cret.. keluarlah maniku. Wah ini  penghabisan … sudah berkali-kali tiap hari kami bermain. Apalagi seharian hanya minum air. Moga-moga saja daging itu bisa mengisi lagi kantongku yang mulai kosong.

***

    Keanehan apa lagi yang akan mereka temui? Adakah asmara mereka akan abadi? Sebenarnya daerah apakah tempat mereka itu? Lalu ada misteri apakah dengan pohon beringin? Oh ya, bagaimana kisah Jack dan Jion? Baca terus sambungannya.
    (Bersambung)

1 komentar: