Kamis, 30 September 2010

TERSESAT DI SUMBING 1

TERSESAT DI SUMBING


    Jack baru saja jadian dengan Alda sahabat kental tunanganku, Tia. Alhasil kami semakin akrab juga. Kami sering pergi pacaran bersama bahkan sampai ke luar kota segala. Tentu saja di penginapan cowok tidur dengan cowok dan cewek dengan cewek demi menjaga kepercayaan orangtua masing-masing dan kehormatan kami. Tentu kalian tahu apa yang terjadi bila aku sekamar dengan Jack. Kalau belum jelas silahkan baca kisah kami di Gelar Lomba Pancho. Memang di sejak Lomba itulah aku dekat dengan Jack dalam arti sebenarnya.
   
    "Alda, habis makan-makan ke mana nih?" Tia menantang untuk berpergian lagi.
   
    Waktu sudah menunjukkan jam 23.30, sepertinya Tia mengajak menginap. Aku tersenyum saja, Jack sekilas memandangku tanda dia juga senang. Kupeluk Tia, kudekatkan mulut untuk mencium telinganya, sambil melirik Jack.

    "Tia, apa kamu tidak ingat, kan Alda dimarahi orangtuanya karena kita menginap di Tasikmalaya waktu itu?" setengah berbisik tapi terdengar juga oleh Jack dan Alda.

    "Iya, Tia. Aku nggak mau ikut ah.. nanti aku nggak boleh keluar dengan kak Jack lagi. Rugi aku!" Alda bersandar manja pada dada Jack yang bidang dan begitu tebal karena latihan beban itu.

Jack memeluk Alda dan menempelkan pipinya pada pipi Alda. Tangannya yang kekar memeluk erat dan menaik ke dada Alda. Jack membalas gerakan rangsanganku pada Tia. Kami berdua sering melakukan hal seperti ini. Dalam hati kami bukanlah untuk menyenangkan pasangan tapi tujuannya terlebih untuk merangsang satu dengan yang lain. Banyak juga gerakan-gerakan seperti itu yang kami praktekkan saat aku dan Jack berdua saja. Terus terang kami aku menyenangkan cewek kami dengan gerakan seperti itu. Tapi aku juga suka melihat Jack melakukan, terlihat seksi dan sangat merangsang. Jack pun sama begitu.

Tunangan dan pacar kami tentu saja tidak tahu apa kesepakatan kami berdua. Mereka juga tidak tahu bahwa sebenarnya di balik kenormalan kami, aku dan Jack punya rahasia tersimpan rapat. Kami juga pandai menyimpan rahasia ini, seperti layaknya sahabat akrab.
****

"Masih lama Jack?" aku sudah selesai melakukan semua target angkatan yang aku punya.

"Lumayan. Masih ada dua poin lagi yang belum aku lakukan. Sekitar setengah jam lagi lah!" Jack meramalkan.

Target angkatan beban milik Jack jauh lebih banyak dari milikku. Semua demi mempertahankan bentuk tubuhnya yang begitu sempurna di pemandanganku. Bisep dan Trisepnya besar, kalau habis latihan lingkarnya sampai 40 cm. Proporsional dengan lengannya. Otot-otot di dada juga berkembang bagus sekali. Diikuti dengan perut yang mengecil ketat dan berkotak-kotak menjadikan tubuhnya berbentuk segitiga terbalik. Di perutnya sama sekali tidak ada timbunan lemak, hanya ada otot-otot, maklum target sit up-nya sehari seribu kali tanpa pernah absen. Paha dan betisnya juga tidak mengecil seperti pada pefitnes amatir, tapi berkembang baik. Tapi aku tidak yakin kalau dia ikut kompetisi binaraga bisa menang karena menurutku dia tidak memenuhi syarat binaragawan. Otot binaragawan umumnya lebih memecah sedang Jack masih kurang. Tubuh Jack lebih berkesan macho dan jantan sebagai kata lain seksi alias bikin orang ingin menikmati utama para wanita.

Selain bagian tubuh yang telah kusebut. Aku juga tertarik dengan kontolnya. Selagi dibalut celana renang saja sudah tampak seksi. Lebih seksi lagi kalau sedang mandi bareng uhhh.. bikin konak saja! Jack sampai sekarang belum berterusterang tentang sebab kontolnya bisa sepanjang 18 cm dengan diameter 4 cm itu. Begitu enak untuk dikocok terlebih lagi dikulum hmm..

"Hei! Lagi mikir ngeres ya Ko!" Jack mengagetkanku sambil melirik tonjolan celana sepedaku yang tampak besar.

"Sshh.. jangan keras-keras!"

Untung saja di pojok daerah barbel berat itu tinggal aku dan Jack saja. Ada juga satu cowok sedang treadmill sedang dua orang lagi juga sedang ngobrol. Saat itu aku sedang bantu Jack untuk angkat barbel untuk penguatan dada. Cara mengangkatnya sambil tiduran dan beban 30 kg (Ini adalah beban untuk Jack. Jangan mencoba bagi pemula! Berbahaya!) diangkat ke atas tegak lurus dengan tubuh. Gerakan ini memang harus berpartner karena resiko kecelakaan.

"Ko, elo malem ini tidur tempat gue aja yah!" pinta Jack.

Mungkin Jack jadi ingin juga.

"Wah sorry Jack. Kebetulan besok pagi gue ada rapat penting di kantor pajak."

Sebenarnya aku juga mau. Tapi aku harus berpikir untuk prioritas dan bukan di bawah nafsu. Aku tidak mau diperbudak nafsu tapi nafsu harus jadi budakku. Artinya aku akan memperkerjakan nafsu sekeras aku mau. Aku bisa mengendalikan nafsu itu. Ini dibutuhkan latihan keras.

Dari wajahnya, Jack tampak agak kecewa karena penolakanku. Aku memberinya pengertian dan dia pun mengerti. Aku suka Jack karena tidak suka ngambek seperti cewek. Dia penuh pengertian dalam segala hal. Tapi aku juga berusaha selalu jujur padanya. Itulah timbal balik persahabatan kami.

"Jack, MAPALA kamu jadi berangkat ke gunung Sumbing kan?" tanyaku sewaktu kami berjalan ke parkiran untuk pulang.

"Iya. Tapi tanggal keberangkatan dipercepat jadi tanggal 22 pagi. Elo beneran mau ikut nih?" Jack sangsi.

"Kalau begitu kita susul saja nanti." jawabku

Melihat aku sering sibuk di kantor, sepertinya memang tidak mungkin. Tapi aku menggunakan jatah cutiku. Sudah sejak lama aku juga ingin naik gunung Sumbing. Gunung Sindoro pernah tapi gunung Sumbing belum. Kedua gunung ini terletak di antara Wonosobo dan Temanggung, Jawa tengah. Kebetulan juga memang tanggal 24 itu hari Jumat dan merupakan hari raya, Sabtu aku libur. Hanya Senin aku gunakan untuk cuti karena takut terlalu kelelahan. Tanggal 24 kami naik dan tanggal 25 kami sudah turun lagi.

Singkat cerita tanggal 23 sore sepulang kantor aku menyusul rombongan kami ke Wonosobo, Jawa tengah. Sampai di sana tanggal 24 subuh dan aku langsung masuk hotel. Kami tidur sampai jam 9, saat aku terbangun karena mendengar Jack sedang mandi. Ini saat untuk menggoda Jack. Aku segera berbugil dan ikut masuk kamar mandi. Benar saja pintu kamar mandi juga tak dikunci aku yakin Jack juga sedang menantiku.

"Hayooo.. ngocok ya!" asal bentak aja.

Jack sedang menggosok-gosok tubuhnya di bawah shower. Tampak dia sudah tidak terkejut lagi dengan kedatanganku yang juga tanpa selembar benang.

"Nah, kebetulan nih! Ko, elo gosokin badan gue. Abis itu bonusnya boleh deh kulum kontol gue" rayu Jack.

Tanpa upah aku juga mau.

"Enak aja, enak di elo dong! Sambil gosokin punggung aku mau pantat elo." Kataku menawar.

Sudah sejak mau masuk ke kamar mandi kontolku sudah ngaceng penuh 15 cm. Shower aku matikan. Tanpa basa-basi lagi aku langsung gosok badan Jack sambil menggosokkan kontolku ke badan atau ke pantatnya. Tubuh Jack lebih tinggi 13 cm dariku dan tentu jauh lebih besar. Setiap inci tubuhnya aku gosok dan aku benar-benar menyentuh otot-otot yang membuatku iri itu. Terkadang aku memeluknya, kadang juga mengocok kontolnya sebentar.

"Udah disabun belum Jack?"

"Udah sih.. tapi biar bersih sekali lagi boleh juga. Elo sekalian tuh. Biar kita cepetan. Biar gak masuk angin."

Aku baru ingat kalau harus jaga badan agar tetap bisa sampai di puncak Sumbing. Tapi aku ingin pagi ini aku sampai di puncak kenikmatan terlebih dahulu. Tubuh Jack segera kusabun dengan cepat dan tentu saja kontolnya yang juga tegang itu. Kukocok sebentar sampai Jack melenguh-lenguh dan kulepas.

Pantatnya kusabuni juga lalu kuletakkan kontolku dibelahan pantat Jack. Lalu maju mundur, maju lagi mundur lagi ahh enak sekali rasanya. Getaran-getaran aliran kenikmatan di memenuhi batang kontolku. Tangan kiriku mengocok kontol Jack seirama dengan maju mundurku. Tangan kananku menggerayangi semua bagian tubuh Jack dan mencari titik-titik untuk menaikkan nafsunya. Perut, dada, wajah, paha, dan juga loncengnya tidak luput dari tangan kananku.

Kupercepat kocokan dan maju mundurku supaya kami tidak terlalu kedinginan. Kontolku terkadang menyodok loncengnya. Jack juga aktif menekan pantatku dan juga menyediakan bibirnya untuk dipagut. Kami lakukan semua sambil tetap berdiri di bawah shower yang mati. Semua berlangsung sekitar 15 menit, Jack duluan keluar dan disusul aku. Kami saling memandikan akhirnya.

Jam 10 kami sarapan di luar. Sarapan pagi dari hotel sudah ditarik lagi karena kami bangun kesiangan. Yah, hitung-hitung keliling kota. Jack makan serba protein untuk menambah tenaga. Ikan, telur, daging dan susu dalam jumlah banyak. Katanya untuk meningkatkan stamina. Masih ditambah lagi minta dibuatkan telur kampung setengah matang sebanyak 3 butir.

Setelah sarapan kami berkumpul bersama rombongan untuk sekedar berbasa-basi. Aku berharap menemukan yang seperti Jack diantara Mapala itu. Ternyata tidak ada. Rata-rata mereka bertubuh kurus atletis atau kurus kering satu yang membuat sama adalah rambutnya yang hampir semua gondrong. Sayang sekali tidak ada yang menarik untuk dijadikan 'sahabat' seperti Jack. Setelah makan siang kami balik ke hotel untuk cek out sekalian pergi ke base camp di Kledung, kaki gunung Sumbing, juga kaki gunung Sindoro.

Base camp terakhir adalah sebuah rumah dengan lantai masih tanah. Pak Ngadiyo pemilik rumah memang menyediakan satu ruangan dekat dapur untuk para pendaki. Ruangan itu agak gelap bahkan pada siang hari. Aroma hewan pun merebak sampai ke dalam kamar. Satu kamar biasa diisi satu kelompok pendaki atau bahkan lebih. Kami menginap di situ sampai habis makan malam dan bersiap mendaki pada jam 20.00. Sore itu kami gunakan untuk tidur mempersiapkan fisik diperjalanan malam. Tentu saja dalam arti sesungguhnya.
****


Setelah melewati pos pertama empat cewek memutuskan tidak meneruskan karena merasa kondisi mereka kurang.

"Jack! Kamu Jack yang di gym DINO itu kan?" seorang pendaki menyapa Jack.

"Aaa.. Jion!?" seru Jack senang. Tangan Jack mengguncang keras tangan pendaki itu.

"On, kenalin ini Koko temen gue. Kenal di gym juga" Jion mengulurkan jabatan.

Lalu Jack berpaling padaku.

"Jion ini dulunya yang melatih gue pertama kali."

Lalu mereka berbasa-basi untuk saling menanyakan kabar ini dan itu. Jion tingginya mungkin sama dengan aku 172 cm. Belum jelas bentuk badannya karena jaket yang dipakai tebal, sepertinya badannya lebih besar dariku. Tebal kapal di tangannya mendandakan dia masih mengangkat barbel. Umurnya sekitar 35 th dengan wajah kebapakan dengan kumis tebal melintang diatas bibirnya yang menghitam. Rambutnya tertutup topi bulu musang (seperti orang Rusia). Kami berjalan bertiga sampai pos ketiga.

"Jack kita istirahat di sini dulu ah!" pintaku.

"Kalau begitu aku duluan saja. Jack nanti kita ngobrol lagi di puncak." Jion mengedipkan sebelah matanya dan berlalu.

Jion mengejar rombongannya lagi. Kebetulan di pos tiga hanya aku dan Jack. Hari  itu memang sedang sepi pendaki, seperti juga diinfokan oleh Pak Ngadiyo. Jam sudah menunjukkan 1.30 dini hari. Udara begitu membekukan badan, untung ada api unggun yang ditinggal rombongan sebelumnya yang sudah naik. Ini pos terakhir karena sehabis ini tidak ada lagi pos.

"Ko, jam 2 nanti kita jalan lagi ya.." ajak Jack.

Jack merangkulku dari belakang dan kami terduduk di dekat api unggun. Jack melepas kaus tangan dan mendekatkan tangannya ke api. Sesudah cukup hangat tangan itu disusupkan ke balik jaket dan kausku, mengusap perutku sebentar dan bles langsung menangkap kontolku yang masih tidur. Mendapat sergapan seperti itu aku langsung meronta, tapi Jack cukup kuat menahanku dan aku membiarkannya. Perlahan kontolku membesar karena elusan dan remasan hangat tangan Jack.

Kusandarkan tubuhku pada tubuh Jack. Tiba-tiba rasa kantuk itu begitu kuat menyerang. Semua begitu hangat dan enak. Aku tidak peduli lagi apa yang dilakukan Jack. Tiba-tiba mukaku terasa hangat, badanku jadi berkeringat. Sebuah sinar yang sangat terang. Sangat sangat terang jatuh di mataku. Aku mengerjap hendak menutup mata dan berdiri. Namun badan ini terasa sangat lemas. Sementara tangan Jack masih ada dalam celanaku dan tertidur di belakangku. Kukeluarkan tangan Jack dan aku mencoba berdiri lagi.

Aku dan Jack tertidur dekat sebuah pohon beringin besar. Matahari hampir tepat berada di atas. Kalau bukan jam 11 siang pasti jam 2 siang. Pos tiga sudah tiada. Apakah aku jatuh ke tebing. Mataku berkeliling mencoba mengenali daerah itu. Sama sekali asing bagiku. Akhirnya kucoba membangunkan Jack, nampak tidurnya pulas sekali. Kami tersesat di suatu tempat di gunung Sumbing. Tas yang berisi semua perbekalan makanan, navigasi, dan pakaian entah ada di mana.

Dalam waktu singkat kami coba menjelajahi daerah asing itu. Satu keanehan adalah berkali-kali kami berkeliling, setiap kali melintasi sungai maka kami segera akan menemukan beringin besar itu lagi. Sepertinya kami tidak tahu arah dan hanya berputar-putar di sekitar daerah itu saja. Sama sekali tidak ada jalan setapak di situ. Udaranya tidak terlalu dingin atau terlalu panas.

Saat sampai di tepi sungai lagi, Jack mengajakku mandi dulu supaya lebih segar. Tak lepas sedetikpun saat Jack melepas bajunya lapis demi lapis. Dalam waktu sekejap Jack bugil di depanku tanpa malu. Badannya yang berkeringat membuat tubuhnya mengkilat dan tampak seksi sekali. Otot-ototnya berkembang bagus, begitu sempurna dan proporsional. Perutnya mengecil dan berkotak-kotak tanda tiada tumpukan lemak. Kulitnya kecoklatan karena suka berenang begitu menggairahkan.

"Ko, daripada pusing mandi dulu aja lah!" ajaknya.

Rambut cepak tentara itu mulai basah oleh air kali yang sejuk. Udara hangat dan agak panas. Kontol Jack (ah! Kalian pasti ingin tahu bagian ini) menggelantung lemas di tengah pahanya, mungkin sekitar 10-12 cm. Belum tegang saja sudah tampak besar.

"Sekalian cuci baju saja, Ko. Mumpung matahari masih bersinar!" Jack mulai merendam semua bajunya, termasuk celana dalam stringnya.

Baju kami tampak terkena lumpur, mungkin saat mendaki kemarin. Aku menurut saja untuk mencuci baju. Lagi pikirku baju kami akan cepat kering. Ini juga demi menjaga kesehatan kami. Batu-batu di sungai ada yang besar-besar bisa untuk tempat menjemur. Sementara kami bisa mandi matahari dahulu.

Sehabis mandi kami tiduran di sebuah batu agak pinggir sungai. Ukurannya besar dan cukup lebar untuk kami berdua. Sinar matahari bersinar lembut melalui pepohonan yang menaungi sungai di atas kami. Angin yang semilir dan badan yang segar membuat mengantuk.

"Ko, kita bebas saja ya?" sambil tangan Jack meraba dada dan perutku.

"Maksudnya?" tanyaku kurang paham.

"Dunia ini hanya kita berdua yang punya. Aku milikmu dan kamu milikku. Berbuatlah sesukamu padaku." Ujar Jack.

"Elo pernah oral pakai mulutmu sendiri ngga, Ko?" tanya Jack.

Aku hanya melongo melihat Jack menekuk tubuhnya sedemikian sehingga mulutnya tepat di depan kontolnya. Benda keunguan itu dipegangnya ke atas, sebentar saja hilang ke dalam mulutnya sendiri. Kontol yang tegang itu masuk keluar dari mulutnya dan tampak urat kejantanannya. Tubuhku kutekuk untuk mencoba atraksi ini. Ah, sekuat aku mencoba masih juga susah. Suasana itu agak menjijikkan tapi sekaligus merangsang sekali.

Tanpa bisa kutahan desakan itu, kupeluk Jack dan kuciumi dia dengan sangat bernafsu. Jack pun terlentang di atas batu hangat itu dengan kontol menegang di atas perutnya. Kutindih tubuh raksasa itu. Desahan-desahan beratku dan detak jantungku diimbangi dengan pelukan-pelukan Jack. Kami saling bergumul di atas batu kali itu. Hanya alam yang jadi saksi kami.

Kugesek-gesek kontolku pada kontol Jack. Terkadang kugenggam kontol kami berdua dan kukocok bersama. Uhh.. nikmatnya! Tak puas kujilati jembut Jack dengan lidahku lalu batangnya dan juga kepala kontol, yang membuatnya menggelinjang dan ber-ah ah terus dengan sekeras-kerasnya. Kami yakin tidak ada yang mendengarnya. Kukulum kontol Jack disertai dengan hisapan. Tangan Jack meregang-regang mencoba meraih sesuatu untuk dipegang. Terkadang kugigit-gigit luka bekas sunat yang agak menebal lalu kutarik mesra.

"Ko sini kontolmu, Ko!" pintanya dalam kenikmatan.

Posisi kami jadi saling menghisap satu dengan yang lain. Terasa sangat nikmat saat batang kontol ini masuk ke liang mulut yang basah itu. Arghh begitu lain rasanya dengan masturbasi. Teknik hisapanku memang membuat Jack melayang dan Jack rupanya sedang berlatih untuk menghisap juga. Ughh ahh seperti melayang ke awan rasanya, kontolku terasa sangat geli tapi juga sangat nikmat.

Setelah bosan berposisi 69.

"Jack, aku mau pantatmu." Kataku.

Jack mengangguk. Aku harus menggunakan banyak ludah untuk memasukkan ke liang Jack yang sempit itu. Banyak mencoba dan akhirnya berhasil juga. Sekarang kontolku di dalam lubang pantat Jack yang sempit itu. Jack kulihat agak meringis tapi tidak menjerit.

"Elo pernah dientot begini, Jack?" kupandang wajahnya untuk mencari jawaban.

Jack tampak agak bingung sebentar dan akhirnya mengangguk.

"Enakan mana Jack?" tanyaku.

"Punya .. ufhh elo Ko!" katanya sambil mengocok sendiri.

Bangganya aku bisa mengentot pria yang kukagumi karena keperkasaannya. Wajahnya yang keren, rambutnya yang cepak dan badannya yang besar itu nampak sangat jantan.

Perlahan mulai kugerakkan kontolku keluar masuk. Berkali-kali kali sambil menikmati wajah Jack yang nampak menikmati tusukan-tusukan itu. Sesekali bibir Jack yang suka mengerang itu kugigit perlahan. Uh manisnya!

Tak lama aku merasa puncak kenikmatanku hampir sampai. Kupercepat genjotan-genjotan kontolku pada lubang anusnya. Tubuhnya berguncang-guncang. Kulitnya memerah dan mulai berkeringat. Begitu juga badanku. Maka semakin licinlah tubuh kami berdua. Ahh kenikmatannya berlipat ganda dari biasanya. Kontol Jack berdenyut-denyut meskipun tidak dikocok dan tidak disentuh tangan. Hanya sesekali memang tergesek perutku saat aku memeluknya sambil tetap mengeluarmasukkan kontolku. Dan crott ahh croott lagi .. gerakanku memelan untuk menikmati tiap semprotan kenikmatan itu. Mani putih itu mengalir melalui lubang anus Jack.

Aku terbaring di sebelah Jack. Tiba-tiba Jack mengangkangkan pahanya di depan wajahku. Diarahkan kontolnya kemulutku lalu ah.. kontol sepanjang 18 cm itu lenyap. Mulutku terasa penuh, aromanya hmm jantan sekali. Sesekali keringat Jack menetes menyadarkanku bahwa wajahnya memandangku dengan keinginan untuk dipuaskan.

Jack menuntun tanganku ke bongkahan pantatnya. Dia berdiri mengangkang di depanku. Kontolnya yang besar dan seksi itu minta untuk dinikmati. Aku berlutut didepannya menikmati kontolnya. Jembut Jack begitu rapi membentuk kotak. Kulitnya memerah karena aktifitas kami. Kusedot-sedot kontolnya. Dia mencoba mempertahankan berdirinya dengan memegang kepalaku. Getaran kenikmatan kadangan serasa membuat tubuhnya ingin pingsan. Saat kontol itu masuk mulutku dia mengerang nikmat. Saat kusedot keluar dia mengerang lebih lagi. Apalagi saat kumasukkan lagi!

Setelah agak lelah menyedot begitu aku berdiri. Sambil tetap mengocok kontol Jack dengan agak cepat kujilati dadanya. Terasa asin keringat .. tapi enak sekali. Satu tanganku mengocok satunya meremas dadanya yang tebal itu. Kucupang lehernya ahh aku jadi ngaceng lagi nih!

Tangan Jack menjelajah pantatku sambil memelukku. Wah rupanya rudalnya ingin masuk juga nih! Padahal pantatku ini kan belum pernah dimasuki sama sekali. Gawat nih! Tapi demi kenikmatan itu kuberikan semua bagian tubuhku. Akupun menungging untuk memberi jalan bagi kontol Jack. Perlahan ada sesuatu yang menusuk-nusuk aku tapi aku tahu itu bukan kontol Jack, itu jarinya. Berulang dicoba, bahkan dengan banyak ludah. Tapi tetap saja jari itu tidak bisa masuk. Lah orang memang masih perawan!

Mungkin karena Jack tidak tega aku kesakitan akhirnya dijepitlah kontolnya itu di antara dua pantatku. Tepat seperti yang kulakukan di hotel waktu itu. Kunikmati perlakuannya kontolku terasa nikmat setiap kali sodokan itu menekan. Akhirnya genjotan itu dipercepat. Sepertinya Jack sudah hampir keluar. Dan akhirnya crot.. ada sesuatu yang hangat di dalam pantatku. Ahh.. aku juga crott aku juga keluar lagi! Nikmatnya..!
***

    Apa yang akan terjadi lagi pada Koko dan Jack dalam perjalanannya? Bagaimana mereka menemukan Jalan keluar? Ada kisah apakah dibalik kerlingan Jion? Ikuti sambungan cerita ini.
(Bersambung..)
   

4 komentar: