Rabu, 03 November 2010

TERSESAT DI SUMBING 5

TERSESAT DI SUMBING 5

Kisah lalu:
Jion, Jack dan Koko berpindah dari gubug di bawah pohon beringin ke sebuah gua batu yang lebih aman dari cuaca buruk. Sementara Hendro salah satu tim SAR yang gagal naik gunung harus berjaga malam itu.
***

    Malam itu Hendro sendiri di teras rumah itu untuk menunggu bila saja korban kembali. Angin dan hujan berdeburan di luar sana. Beberapa tempat di pos evakuasi itu bocor. Hendro sengaja berjaga di teras luar untuk menghalau kantuk. Tio bangun, keluar untuk menemani Hendro dan sekedar berbincang.

    Sudah beberapa batang rokok Hendro habiskan untuk mengenyahkan sepi. Disodorkan bungkus itu ke Tio yang duduk mendekat. Tio mengambil satu dan menyalakannya. Lalu mulailah percakapan mereka.

    "Sudah punya pacar, Hen?" dihembuskan segulung asap rokok tebal dan mendesis untuk menikmati kehangatannya.

    "Basi ah, tanya begitu!" Hendro mengelak menjawab.

    "Ah, jangan-jangan kau masih menikmati kebiasaan lama kita?" mata Tio tampak nakal sambil mempermainkan asap di mulutnya.    

    "Jangan-jangan elo lagi yang ..." kata-kata Hendra terhenti saat Tio tiba-tiba membuka resleting dan mengeluarkan penisnya dan berjalan ke depan teras untuk kencing dengan cueknya.

    "Yang .. apa Ndro?" sambil tetap melaksanakan hajatnya.

Hendro diam.

    "Bagaimana tadi?" Tio tanya kelanjutan cerita Hendro.

    "Eh, gila ya ... penis elo tambah panjang aja! Elo operasi plastik atau ke dukun urut?"

    Tio menghisap rokoknya lagi. Mereka sangat yakin percakapan mereka tak didengar teman-teman mereka di dalam. Teras dan kamar terpisah oleh ruang tamu yang cukup luas.

    "Gak. Ini cuma hasil sedotan pacar-pacar gue aja." Sambil melirik lokasi pertemuan selakangannya yang sekarang agak menggunung.

    Hendro ingat sekali sewaktu mereka study tour kelas tiga. Mereka terpaksa mandi bareng di hotel. Jam 6.45 pagi semua rombongan sudah masuk bis untuk berangkat. Hendro dan Tio baru bangun, itu saja karena ketua rombongan kehilangan keduanya. Sebagai hukuman, mereka tidak mendapat jatah sarapan. Sedangkan biar cepat dan tidak ditunggu rombongan, mereka diharuskan mandi berdua ditunggu guru ketua rombongan. Bukannya tambah cepat, mereka tambah lama karena saling pegang kontol dan saling mengocok. Akhirnya mereka ditinggal di hotel, mereka bertualang menggunakan angkutan umum untuk menyusul rombongan ke tujuan wisata pertama hari itu.

    Hendro masih ingat, kontol Tio tidak terlalu panjang dibanding dengan kontolnya sendiri waktu itu. Pertambahan umur tidak akan berpengaruh banyak. Tapi sekarang beda sekali kontol Tio hampir 12 cm, itu saja sedang tidur.
  
    "Ndroo... kok malah jadi ngelamun?"

    Hendro segera tersadar dari lamunan karena tubuhnya digoncang kuat oleh Tio. Rupanya tanpa sadar lamunannya terlalu kuat. Atau mungkin kesadarannya semakin berkurang karena waktu sudah menunjuk 3.30 pagi. Saat yang sangat rawan untuk orang berjaga malam. Tubuh mereka begitu dekat, tangan Tio masih memegang kedua lengan Hendro yang tampak gempal dan berotot. Wajah mereka begitu dekat sehingga bisa merasakan hembusan nafas lawan.

    Pandangan mereka begitu berapi. Tio memandang wajah Hendro dari dekat, bulu bulu kasar di sepanjang pipi, kumis dan janggut begitu tampak jelas dan berkesan amat jantan. Bibir yang tebal tampak seksi belum lagi alis tebal di atas mata sayu itu. Sementara Hendro merasa sensasi lain yang hampir sama. Kulit Tio  yang putih dan halus terkesan menggairahkan. Begitu juga dengan minyak wangi dan aroma Tio yang membawa sensasi tersendiri. Pandangan mereka begitu berarti. Suara hujan tak sekeras degupan jantung mereka.

    Bibir mereka makin dekat dan berpagutan. Entah siapa yang memulai, mereka menjadi semakin panas. Bukan lagi dua sahabat yang rindu mengobrol namun menjadi dua sahabat yang rindu mengoral. Berdua terhempas di laut asmara terlarang. Tangan keduanya memegang kepala dan leher lawan seakan tak mau terlepas. Rupanya bukan hanya bibir yang bermain tapi lidah juga. Hmmm....

    Sejenak sesudah bibir mereka terlepas, Hendro memandang Tio penuh arti dan menunduk untuk membuka resleting Tio. Ternyata Tio tidak memakai celana dalam, makanya tadi setelah resleting terbuka kontol Tio segera terlihat. Hendro tersenyum penuh arti. Kontol yang setengah tegang itu dikeluarkan dan amboi.. benar-benar panjang. Tio bersandar di kursi dengan kaki diluruskan. Hendro menciumi kontol yang 3 atau 4 tahun lalu pernah dikocoknya dengan kangen.

    Kontol itu dikocok lembut. Batang itu semakin membesar dan sekarang sudah ereksi penuh, ukurannya sekitar 16 cm ternyata panjangnya tidak sesuai perkiraan Hendro. Diamat-amati kontol Tio dari jarak beberapa senti. Tio jadi bangun dari kenikmatannya.

    "Napa Ndro? Terusin dong!" pintanya

    Hendro membuka celana dan dikeluarkan penisnya. Sudah tegang dan tampak besar kehitaman. Didekatkannya penis Hendro ke penis Tio, digenggam jadi satu dan tampaklah benar kalau penis mereka tidak beda panjangnya. Waktu tidur memang milik Tio lebih panjang dari milik Hendro. Tio yang sudah tidak sabar menggerak-gerakkan pantatnya sehingga kedua penis dalam genggaman itu terkocok bersama-sama. Setelah posisi benar-benar dirasa pas, Tio mempercepat gerak pantatnya. Hendro tak mau kalah, dia juga mengocok kedua penis itu dengan cepat. Sensasinya jadi dobel.

    Gerakan itu tak berlangsung lama. Keduanya tersadar, mereka berada di teras luar rumah. Meski hujan sangat lebat, tidak tertutup kemungkinan ada yang lewat. Hendro dengan penis yang masih terjuntai naik ke meja dan memutar bola lampu 5 watt itu. Tempat itu jadi benar benar gelap tapi aman. Mereka berpindah ke teras samping yang agak tertutup tanaman dan pagar teras.

    Posisi mereka jadi enam sembilan. Hendro memagut penis Tio dan sebaliknya, menjadikan posisi mereka seperti angka enam dan sembilan berdempetan. Slurrrp dan kecipak mereka masih kalah dengan suara hujan yang tetap belum mau reda. Jam menunjuk pukul 4.05 dan sebentar lagi adzan subuh menggema.

    "Ndroo aku mau kelu... ahhhh!!" Tapi Hendro tidak mendengar, hanya merasakan asinnya dan hangatnya semburan sperma Tio dalam mulutnya.

    Sementara itu Tio yang kepalanya menghadap pintu segera bangun dan naik ke atas meja. Celananya dikancing seadanya dan ditutup dengan bagian bawah jaketnya.

    "Tio!! Bikin kaget aja .. aku kira maling." Ari bulu kaget melihat Tio berdiri di atas meja.

    "Ngapain lu?"

    Pertanyaan itu tak perlu dijawab karena sebentar saja lampu lima watt itu nyala lagi.

    "Mana Hendro? Bukannya dia yang jaga?"

    "Tuh ngeringkuk tidur di pojok sana!"

    "Sialan!" desis Hendro sambil berpura-pura tidur.

    "Eeehhh jangan dibangunin!" teriak Tio
  
    Hendro menelungkupkan badan supaya kontolnya yang masih berkeliaran tidak terlihat oleh Ari Bulu. Hmmpff ... hampir saja.
***

    Pagi itu aku, Koko, bangun dengan perasaan bahagiaa.. sekali. Dua Herkules di kanan dan kiriku. Serasa tak mau kembali dari ketersesatanku. Aku mau di dalam gua ini selamanya. Tangan Jion menggenggam kontol Jack sedang Jack menggenggam erat kontolku yang sudah mulai bangun lagi. Badan-badan besar mereka menghangatkanku dari sengatan dingin embun pagi.

    Ya, aku masih di dalam gua. Satu yang terpenting bahwa ini bukanlah mimpi semalam. Ini kenyataan! Dua pujaanku, Jack dan Jion tidur telanjang bersamaku. Semalam kami telah merengkuh kebahagian bersama, aku masih lihat ada bekas sperma di jidat Jion dan juga di mulut Jack. Malam itu diakhiri dengan Jack dan Jion yang saling semprot sperma. Kemenangan pada pihak Jack dengan memuncratkan sperma 1 meter di atas kepala Jion. Sedang Jion hanya sampai mulut dan sedikit di hidung Jack. Kami berjanji, siapapun yang bangun duluan wajib mengulum dan memuaskan dua yang lain.

    Aku bangun duluan, tetapi aku masih ingin menikmati pelukan mereka berdua dalam ketelanjangan. Namun kontolku sudah tidak tahan dan berdiri tegak. Ahhh sampai sakit rasanya. Aku masih ingin menikmati kedamaian pagi ini. Kalau bisa hingga matahari terbenam lagi.

    Samping kananku Jion mulai tersadar. Sebelum dia penuh bangun aku ingin menikmati bibir dan kumisnya terlebih dahulu. Bibirnya kugigit perlahan dan kuselipkan lidahku diantara lubang mulutnya. Kunikmati ludah paginya dan juga bibirnya yang seksi dengan gelitik kumisnya yang erotis. Pagi ini kulihat banyak bulu-bulu kecil di sekitar pipi dan janggutnya juga. Hmm aromanya yang jantan dengan beberapa rasa manis bekas sperma yang masih tercium membuat birahiku memuncak.

    Kupeluk Jion erat seluruh bagian depan badanku kutempelkan di bagian depan badannya. Saat itulah kurasakan pantatku diraba-raba juga punggungku. Ahh Jion juga menyayangiku juga. Sekarang terasa balasan ciumannya, dia juga nampaknya terangsang.

    Lenguhan-lenguhan nikmat terdengar lagi. Jack rupanya juga sudah tersadar, aku rasakan batang hangat menempel di dekat lubang pantatku digesek-gesekkan. Sedangkan bagian punggungku merasakan benda kenyal, pasti dada Jack yang padat itu. Aku merasa sangat istimewa pagi ini. Moga-moga saja kami tidak ditemukan oleh tim penyelamat sampai bulan depan atau bahkan sampai tahun depan. Asal tiap hari begini terus aku rela.

    Kugesek-gesekkan kontolku ke kontol Jion yang sudah konak penuh. Air mazi kami bersatu membuat gesekan-gesekan itu makin licin. Bibir kami masih beradu, sementara tangan kami menjelajah segala tempat. Bahkan Jion juga menjelajahi badan Jack. Tangan Jack sedang membimbing kontolnya untuk memasuki lubang pantatku. Beberapa kali terdengar dia meludah untuk melumuri kontolnya supaya licin. Hingga kurasakan juga sebentuk batang mengganjal di antara lubang pantatku. Uhhh... enak sekali.
    Supaya gesekan kontolku dan kontol Jion sempurna dan lebih terasa, kedua kontol kugenggam erat dan kukocok juga. Jack menjilati leherku dengan lidahnya, membuatku melayang-layang rasanya. Kenikmatan yang sempurna. Di pantat, di mulut, di kontol dan belum lagi tangan-tangan kekar dan agak kasar yang menggerayangi setiap inchi tubuhku...
    Tak tahan terlalu lama, kenikmatanku mencapai puncak. Kusemprotkan maniku hingga membasahi kontolku dan kontol Jion. Gesekan kontol kami menjadi makin licin. Sementara Jack juga bergerak makin cepat menyodomi pantatku. Entah karena nafsu atau karena rangsangan kontol Jack, tak lama aku mulai tegang lagi. Hangat terasa kontol Jack seakan menyodok sampai ke perutku. Sementara Jion sudah mendesah-desah seperti hampir sampai di puncak asmara.
    Kukocok kontol Jion secepat mungkin dengan genggaman erat. Sangat menggairahkan menikmati kontol-kontol orang yang biasa angkat beban ini. Mereka perkasa bukan hanya dalam penampilan tetapi juga dalam permainan seks. Lenguhan tambah kencang dan keras. Jack dan Jion berlomba teriak sekencang mungkin dan sepertinya mereka seirama sekali. Sodokan Jack juga seakan-akan membawaku ke kenikamatan kedua kami.

    "ehgghhh...egh... eghh.. eghh...!!" teriak kami berulang-ulang.

    Keringat kami bercampur. Badan kami licin. Otot-otot kami bertonjolan seperti kontol-kontol kami yang begitu ereksi hendak menikmati puncak sanggama bersama. Jack memperlambat gerakan pantatnya untuk mengimbangi orgasme Jion.
  
    "On.. elo dah hampir sampai? Hhh...!" Jack ingin memastikan.
  
    "Yess.. 'bentar lagi Jack. Uhh uhhh ..!!"
  
    "Aku juga mau lagi neh....!" kataku menambahkan.
  
    Akhirnya Jack sudah tidak tahan lagi, menyodok pantatku sangat dalam. Sodokan itu menyebabkan aku orgasme untuk kedua kali. Tanganku reflek mengocok lebih cepat dan mengundang orgasme Jion. Sperma Jion muncrat sampai ke mulutku, rasanya asin. Kami bertiga melenguh bersama dan menikmati kesudahan. Rasa nikmat tiada tara di antara kami bertiga.

    Sebelum kami bangun, aku dan Jion menikmati mandi kucing. Jack maniak mani, katanya untuk memperkuat seksnya. Kontol Jion dilumat hingga bersih. Kontolku dan dadaku dijilatinya sampai tak tersisa mani sedikitpun. Aku sempat menikmati bibirnya sedikit saat dia menjilati leleran mani di bibirku. Jack juga menjilati pantatku sampai bersih, ah.. rasanya tak perlu mandi pagi lagi.

    Terakhir, sebelum kami bertiga mandi di sungai Jack ingin minum urine pagi kami. Menurut dia sangat menyehatkan. Dengan rela hati kami memberikannya. Bahkan dia juga meminum urinenya sendiri sebagai penutup. Ah, lengkap sudah sarapan pagi Jack. Bertiga kami berjalan menuju sungai dengan bertelanjang bulat membawa pakaian kami.
***
  
    Pagi itu tim SAR untuk evakuasi berangkat pagi-pagi benar. Meskipun jalan menuju ke gunung sangat licin oleh hujan semalam namun tiap  personel begitu sigap. Rombongan evakuasi dibagi menjadi 5 kelompok kecil masing-masing dua orang. Menurut informasi Jack dan Koko terakhir terlihat di POS empat. Pencarian difokuskan di daerah itu, termasuk  pos tiga dan bagian puncak gunung. Tiga kelompok menyusuri Pos empat dengan teliti. Jurang, lembah, semak, cekungan-cekungan bahkan liang-liang binatang dikorek-korek siapa tahu korban berada di situ.

    Sekitar jam 13 semua kelompok berkumpul kembali di pos empat dengan hasil nihil. Bahkan barang-barang seperti tas atau sepatu atau topi samasekali tidak diketemukan. Dugaan sementara tim evakuasi adalah bahwa korban masih hidup namun tersesat jalan. Hari itu semua kelompok kembali ke pos evakuasi dalam keadaan lelah namun dengan semangat membara untuk menemukan korban. Malam itu mereka mengadakan evaluasi untuk pencarian hari itu.
(Bersambung)


Berikutnya:
Jack, Koko dan Jion berusaha menemukan jalan keluar dari lembah maut yang memikat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar