Kamis, 28 Oktober 2010

TERSESAT DI SUMBING 4

TERSESAT DI SUMBING 4

Kisah lalu:
Jion ternyata tersesat juga. Jack mengenang masa lalu dan merajut masa depan dalam suatu keintiman bersama Jion.
***

Kelompok Mapala rombongan Jack dan Koko hari ini memutuskan untuk kembali ke ibukota. Sementara untuk pencarian, tim SAR setempat dibantu Ari bulu si ketua rombongan dan si Tio. Jack mengetahui rombongan Mapala itu mau ke Gunung Sumbing dari Tio. Oleh karena Jack dan Koko bukan lagi mahasiswa maka Tio yang menanggung mereka dalam rombongan. Tio adalah salah satu teman Jack di gym.

Jam menunjukkan pukul 14.00 saat yang sudah disepakati sebagai waktu terakhir untuk sebagian besar rombongan, 37 dari 41 orang untuk kembali karena kesibukan masing-masing. Rombongan sudah masuk semua ke dalam bis. Absen sudah dilakukan untuk terakhir kali. Wajah mereka kelihatan kelelahan tapi ada kepuasan karena telah menaklukan Gunung Sumbing. Namun ada juga yang banyak terdiam karena ada bagian rombongan yang masih tersesat tak jelas nasibnya di atas gunung sana.

"Sebelum kita berangkat, mari, sekali lagi kita berdoa bagi rekan kita Jack dan Koko yang masih tersesat di atas sana!" ajak Ari.

"Kita berdoa semoga tim SAR cepat menemukan mereka. Berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing mulai".

Suara bising menghilang, berganti wajah-wajah yang menunduk. Ada yang serius berkomat-kamit berdoa, tapi lebih banyak yang menundukkan kepala sambil matanya berjelalatan kesana kemari.

"Selesai!!"

Keributan pun dimulai lagi.

"Mohon teman-teman tetap berdoa buat rekan kita. Satu harapan saya, teman-teman tidak banyak cerita kepada wartawan tentang musibah ini. Selamat jalan dan kita ketemu lagi nanti!" Ari mengakhiri pidatonya melalui pengeras suara.

Bis pun berangkat. Saatnya Ari dan Tio mulai bekerja. Bersama TIM SAR setempat sebanyak 10 orang mereka menuju ruang rapat untuk menggelar gladi kotor rencana pencarian dan evakuasi.
***

Sampai siang itu Jion dan Jack tertidur terus. Koko hanya tahu bahwa mereka mengobrol semalaman. Koko sama sekali tidak mengganggu keduanya. Dia berjalan-jalan dan mendapat beberapa ubi liar untuk dimakan. Setelah mendapat beberapa dia coba memasak dengan cara membakarnya. Belum juga ubi itu matang, hujan datang.

Jack dan Jion terpaksa bangun. Tapi berikutnya mereka mulai terlelap lagi di gubug. Mereka hanya duduk dan tidak ada sesuatu yang bisa dikerjakan. Hujan berlangsung terus hingga sore hari saat matahari terbenam. Di saat yang masih gerimis itu ketiganya mencari batu dekat sungai untuk dijadikan alas untuk menyalakan api unggun.

***

Tia, tunanganku sudah menghubungi ibuku mengenai hilangnya aku. Ibuku kaget dan masuk rumah sakit. Ternyata ibu memiliki lemah jantung seperti eyang juga. Tia dan Alda sore itu bertemu dengan Dewo, wakil ketua Mapala. Dewo adalah mantan pacar Alda. Suasananya jadi kurang enak karena cinta segitiga dahulu. Beruntung Tia banyak bicara. Mungkin Tia mengkhawatirkanku.

Semua keterangan serba 'sementara' diberikan Dewo pada keduanya.

"Sementara ini Tim SAR daerah dan Ari masih mencari. Kalian catat nomor hp Ari, mungkin berguna nantinya."

"Bagaimana sebenarnya keadaan mereka terakhir?" tanya Tia.

"Setahuku mereka beristirahat di pos terakhir saat kami naik dahulu."

"Apa Koko atau Jack sakit?"

"Setahuku tidak."

"Atau mereka menunggu sesuatu?"

"Tidak, mereka..."

"Apa ada jejak mereka saat kamu turun gunung?"

"Nggak ... tidak ada ..."

"Bagaimana tidak? Kalian tidak kompak sama sekali!!" suara Tia terdengar emosi sekali. Alda meneteskan air mata - dia menepuk-nepuk lengan Tia.
***

    Sore itu hujan sama sekali tidak mereda. Bahkan bertambah deras. Gubug yang dibangun Jack dan Koko dengan susah payah mulai kemasukan air. Mereka berhimpitan beralas jas hujan milik Jion. Suasana dingin karena api tidak bisa dinyalakan. Lapar karena tidak ada lagi yang bisa dimakan.

Hujan bertambah lebat saja padahal hari sudah hampir senja. Dalam rapat singkat merekapun mengambil suatu keputusan.

"Ya, sudah. Kalau semua sudah setuju, kita pak semua barang dan kita berangkat sekarang juga!" ajak Jack.

Hujan berkepanjangan tidak memungkinkan lagi mereka tinggal di dalam gubug dekat pohon beringin itu. Gua adalah alternatifnya. Jion pernah melihatnya beberapa saat sebelum bertemu Jack dan Koko. Gua itu tidak jauh dari tempat pertemuan pertama mereka pertama kali semenjak tersesat. Hanya saja yang dikhawatirkan adalah adanya ular atau binatang lain di dalam gua itu.

Pada mulanya bertiga berjalan bersama berpayungkan jas hujan yang tadi jadi alas. Namun lama kelamaan hanya Koko saja yang memakainya. Jack dan Jion berhujan-hujan. Pandangan mereka agak kabur karena derasnya hujan. Untung saja untuk menuju tempat itu mereka tidak perlu menyeberang sungai yang saat ini  sedang ganas-ganasnya. Siap menelan apa saja yang menyentuh alirannya.

Gua itu ditemukan juga. Sebenarnya bukanlah gua betulan tapi adalah cekungan yang menjorok ke dalam. Dalamnya sekitar 7 meter, atas saran Jion mereka memutuskan  untuk menghuni satu dua meter dari mulut gua saja. Mereka tidak tahu apa yang ada di dalamnya. Setiba di situ adalah menyalakan api untuk penghangat badan mereka yang basah kehujanan.
Sesaat setelah api mulai membesar, Jack melepaskan baju dan kaus ketatnya. Jion juga. Mereka berdua memerasnya dan mencoba mengeringkannya di depan api. Inilah kesempatan pertama bagi Koko untuk melihat tubuh Jion dari dekat. Tubuh Jion putih bersih dan benar-benar terbentuk. Bisep dan trisepnya besar dan dadanya gempal sedangkan perutnya berkotak-kotak. Tapi masih lebih seksi si Jack yang berkulit lebih kecoklat hitaman.

Tak lama setelah kaus dirasa kering, Jack berdiri dan melepas celana panjangnya. Sekarang dengan hanya mengenakan kolor ketat Jack menjemur celana panjangnya di depan api unggun itu. Koko tergiur dengan tingkah Jack, mungkin Jion juga demikian. Tetapi keduanya menjaga perasaan dan gengsi mereka masing-masing (Ah! Muna juga ya..) keduanya terdiam tapi tetap curi pandang ke alat vital Jack yang terkadang menyembul nakal dari tali kolornya. Sesekali Jion dan Koko bertemu pandang dan mengerti bahwa mereka sama-sama tertarik benda panjang itu. Hal ini berlangsung cukup lama hingga celana yang tadinya basah cukup kering dan nyaman untuk dipakai. Jack melipatnya.

"Apa elo gak risih bertelanjang di depan kawan elo, Jack?" tanya Jion untuk memastikan.

"Risih bagaimana? Kita sering mandi bareng kok!" jawab Jack merapikan lipatan celananya.

Muka Koko menimbulkan semburat merah. Mungkin dia berpikir, Jack ini kurang ajar membuka rahasia mereka berdua. Sedangkan Jion berpikir dan paham bahwa mungkin Koko juga sama dengan dia. Untuk menguji, Jion melepas celana panjangnya dan mengeringkan seperti Jack. Sekarang tinggal Koko yang agak gelisah. Di balik celana putih tipis Jion tercetak jelas kontol Jion yang membesar dan tertekuk ke kanan. Lebih besar dari punya Jack. Magnetnya terlalu kuat bagi mata Koko sehingga dengan mudah dia kedapatan sedang mengamati bagian itu.

"Kamu pernah lihat kontol cowok, Ko?" tanya Jion dengan sengaja malah mengangkangkan paha memperjelas sudut pandang.

"Eh a.. ya per.. pernah lah!" Koko menjawab agak tergagap.

"Ha ha ha ha... ha ha ha... " Jack tertawa terpingkal-pingkal.

"Elo ahhh ha ha ha ha... ha haha... ha ha ha..." Jack tak kuasa berkata-kata.

Wajah Koko tampak kebingungan dengan suasana itu. Apa mungkin Jack ingin mempermalukannya di depan Jion? Kalau Jion juga suka kontol, itu sih malahan kebetulan sekali.

Satu hal yang mengagetkan Koko adalah saat Jack berpindah duduk dan memeluk Jion dari belakang. Dalam sekejap kedua tangan Jack sudah lenyap di balik celana dalam itu untuk meraih kontol raksasa itu. Tak hanya itu, lidahnya juga menjilat-jilat leher Jion yang sekarang tampak sangat keenakan. Jack mengeluarkan kontol Jion dari sarangnya dan mempertontonkannya. Koko panas dingin dan celegukan tak tertahan karena nafsunya sudah sampai ubun-ubun.

Kontol Jion memang keren habis. Pada pangkalnya tumbuh jembut lebat. Dua bolanya mengetat sempurna (mungkin karena kedinginan). Batangnya yang besar dan memanjang itu, berurat-urat, tampak kekar sekekar orangnya. Terdapat bekas sunatan yang rapi di sana dan kepala kontolnya yang tegak tampak merah berdenyut-denyut. Ujungnya berkilauan air mazi tertimpa cahaya api. Jack menggerakkannya naik turun dan mengelusnya dengan pelan tapi penuh kekuatan.

Jion tidak tampak malu sama sekali untuk melakukan keintiman di depan orang lain. Nafsu seksnya menguasai lebih kuat daripada urat malunya (atau urat malunya sudah putus?) Sekarang mereka sudah saling berpagutan. Koko yang tidak tahan mulai meraba-raba kontolnya yang juga sudah menegang dari tadi. Tangannya mengikuti irama kocokan Jack pada kontol Jion.

Koko berdiri dan dia juga ingin memamerkan tubuh barunya yang mulai berbentuk. Dan tentu saja kontol tegangnya. Dibukanya kaus dan celana panjangnya perlahan. Jack dan Jion berhenti berciuman untuk melihat adegan berani Koko. Saat Koko selesai membuka celana dalamnya,  Jack dan Jion bertepuk tangan. Koko tambah bersemangat untuk memberi mereka gerakan erotis.

Tubuhnya meliuk-liuk bak penari striptease. Kontolnya dikocok dengan gerakan sangat merangsang. Tubuhnya digerayangi sendiri, puting susunya dipelintir dan tidak lupa giginya menggigit-gigit lidah bawah dan atas seperti keenakan. Sementara menonton, Jack juga membuka celana dalamnya dan duduk di samping Jion untuk mengelus kontol Jion. Kontol Jack berdiri berdenyut-denyut kemerahan. Tangan Jack tidak muat pada kontol Jion yang juga tegak besar. Tangan kiri Jion dilingkarkan ke pinggang Jack. Sementara bibir berkumis itu melumati bibir Jack, bibir mereka saling berebut masuk ke mulut lawan.

Koko sudah tidak sabar lagi untuk menikmati kontol baru, kontol Jion. Tubuh Jion sempurna apalagi bila ditambah kontolnya. Panjangnya sekitar 15 cm sama panjang dengan kontol Koko tapi besarnya itu... hampir dua kali milik Koko, bisa disamakan dengan besar botol minuman ringan bersoda. Warnanya merah di antara kulit Jion yang putih dan bersih. Jembutnya dibiarkan liar, sangat berbeda dengan Jack yang sering bercukur.

Kontol Jion sekarang dalam genggaman Koko. Jion sendiri rebahan berbantalkan paha Jack sambil menjilati kontol Jack. Koko mendapat kesempatan luas untuk menikmati kontol Jion yang besar itu. Tangan kanan Koko menggenggam sangat erat supaya ibu jari dan telunjuknya bertemu. Bagian bawah dikocok dengan tangan sedangkan bagian kepala dikocok dengan mulut. Hmmm kontol itu terasa enak sekali dan penuh di dalam mulut.

Jion tidak ingin kalah, dilahapnya kontol Jack di dalam mulut. Lidah Jion bermain saat kontol panjang itu dalam mulutnya. Jack menggelinjang keenakan. Mulutnya yang liar meneriakkan teriakan keenakan dengan bebas. Mereka memainkan permainan dengan tenang karena tahu mereka bebas di situ.

Permainan berubah-ubah. Sekarang Koko sedang mengulum kontol Jion dengan posisi "doggy" sedangkan di bagian  pantat Jack coba memasukkan kontol 18 cm itu. Jack terus menerus meludahi kontol merah itu supaya licin di pantat Koko. Tangan Jion di kepala Koko untuk mengatur gerak keluar masuk kontol dari mulut Koko. Kontol Koko sama sekali tidak menggantung. Begitu tegangnya, meski posisi "doggy" tapi kontol Koko tetap menyentuh perutnya.

Perlahan tapi pasti Jack melakukan penetrasi. Beberapa kali gagal dan kepala kontol itu tidak mau masuk. Setelah ditambah ludah lagi, kepala itu akhirnya amblas juga ke dalam pantat ketat. Saat kontolnya amblas, Jack berteriak keenakan.

"AAARRHHH wuuuhhhhh!" kontolnya sudah separuh.

Jalan selanjutnya agak susah karena reaksi pantat Koko yang menyempit. Maka dikeluarkannya sedikit kontolnya lalu dimasukkannya lagi, lebih dalam. Setelah cukup dalam, Jack memegang paha Koko untuk mempermudah dia memompa pantat itu.

"Uh yess ahhh ahhh ahhh ahhh ..." suara Jack menampilkan kenikmatan tiada tara.

"Hmmpfff pfff ...." itu suara nafas dan kocokan mulut Koko pada kontol Jion.

"Ahh ah.. ahhh ahhh....." itu suara Jion karena enaknya dikulum.

Suara ketiganya berpadu dan bersahutan memenuhi dinding-dinding gua.Tempat itu terasa hangat meski hujan besar ada di luar. Bayangan ketiganya terlihat dari kejauhan membayang karena api unggun di dekat mereka. Mungkin karena suara-suara itu jugalah beberapa hewan yang mau menepi, membatalkan niat. Di tepi api unggun itu ketiganya menikmati permainan itu dan tidak ingin hari lekas pagi.
***

Sementara itu jauh di bawah kelompok SAR membatalkan keberangkatan mereka malam itu karena begitu buruknya cuaca. Mereka menunggu hingga pukul 3 dini hari. Andai cuaca tetap tidak juga mereda maka mereka akan melakukannya keesokan paginya. Selain Ari bulu dan Tio, di kelompok itu juga ada Hendro. Kebetulan Hendro adalah teman SMA Tio. Mereka punya kisah khusus selama masa SMA mereka.

Tio malam itu lebih memikirkan untuk berbincang dengan Hendro daripada menyelamatkan Jack dari malapetaka yang menimpa.

Bersambung
***

Berikut: Bertiga yang digunung makin panas, yang di bawah pun tak mau kalah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar